Senin, 13 Februari 2012

Menjawab Tuduhan Miring Terhadap Ka’bah


Kalau ada seorang Muslim menyembah Ka’bah atau menjadikan Ka’bah sebagai sesembahannya, berarti Ia sudah murtad dan menjadi kafir. Di manapun, seorang Muslim harus menghadirkan Allah dalam hati sanubarinya.

Forum Arimatea menggelar suatu forum dialog antara teolog Muslim dan Kristiani di Gedung Kampus STEKPI, Kalibata, Jakarta Selatan, 19 Maret lalu. Hadir sebagai pembicara dalam orasi ilmiah dan dialog tersebut, antara lain: Habib Mohammad Rizieq Syihab, Lc, Ustadz Dr. Muslin Abdul Karim MA, dan Ustadz Solehan MC. Panitia penyelenggara mengatur tempat duduk peserta sedemikian rupa, di mana kelompok Nasrani duduk di bagian tengah, sedangkan kelompok Muslim ditempatkan pada sisi kiri dan kanan. Hal itu karena, mayoritas yang hadir kebanyakan dari kelompok Islam.

Yang menarik dari dialog tersebut adalah rasa kebersamaan kedua pemeluk agama (Islam-Kristen), di mana mereka sepakat untuk tidak mewarnai forum ini dengan sikap emosi atau sating menghujat satu sama lain. Peserta yang hadir, baik yang Muslim maupun Kristen / Katolik, sejak pagi hingga sore hari, duduk bersama, menjernihkan hati, akal dan pikiran untuk sama-sama mencari jalan kebenaran objektif, hakiki, dan sejati. Terlihat dari wajah yang hadir, antusiasme untuk saling mengkritisi pemahaman konsep ketuhanan dan ajaran kedua agama yang selama ini sering ditengarai menjadi salah satu pemicu konflik sosial di tataran grassroot penganut kedua agama.

Betapapun beberapa pertanyaan terdengar keras dilontarkan oleh beberapa peserta, baik Muslim maupun Kristen, terutama mengenai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, suasana persaudaraan masih tetap terjaga. Melalui dialog, pembicara maupun peserta dapat menyampaikan argumentasinya, atas dasar pendapatnya sendiri maupun referensi dari sejumlah buku yang dibacanya. Inti dari dialog tersebut, adalah mengajak peserta untuk menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah, yang secara jelas tercaritum di dalam kitab suci ketiga agama: Yahudi, Nasrani dan Islam, serta tidak membuat tuhan-tuhan tandingan yang memiliki kedudukan yang sama dengan kcdudukan Allah dalam kehidupan ini.

Bukankah dalam Injil, Yesus berkata: “Hukum yang terutama ialah: Dengarkanlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.” (Injil Markus 12:29). Atau “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budi.” (Matius 22:37). Sedangkan di dalam Al Quran jelas disebutkan, “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNyasegalasesuatu…” (QS Al Ikhlas : 1-2)

Ka’bah = Berhala?
Yang menarik dari dialog ini adalah rasa ingin tahu para teolog Kristen yang besar untuk bertanya atau sekedar menguji pembicara untuk menjelaskan hal-hal yang menurutnya sangat bertentangan dan tak logis menurut konsep ketuhanan umat Nasrani. Misalnya saja, mereka mempertanyakan, kenapa umat Islam menyembah Ka’bah? Bukankah menyembah Ka’bah sama dengan menyembah batu? Atau kenapa Islam disimbolkan dengan bulan sabit? Apakah ini bentuk paganisme (keberhalaan) terhadap kebendaan? Meski ruang kebebasan berpikir dan berpendapat dalam forum ini diberikan kelonggaran, namun para penanya dari umat Nasrani tetap merasa tidak enak hati. Itulah sebabnya, mereka lebih dulu mohon maaf, bila pertanyaan yang dilontarkan dapat menyinggung perasaan umat Islam yang hadir.

Beberapa pertanyaan kritis itu dijawab oleh Habib Rizieq Syihab dengan tenang. lugas, dan tentu dengan bahasayang santun. Soai pertanyaan, kenapa Ka’bah yang dibuat dari batu dijadikan kiblat kaum Muslim” sehingga muncul tuduhan seolah-olah umat Islam menyembah batu? HabifrRizieq menjelaskan, bahwa umat Islam, kapan dan di mana pun berada, terutama saat munajat kepada Allah, makaselama hati mereka ikhlas untuk mencari Allah, tentu mereka akan mendapatkan Allah. Yang jelas, Allah tidak pernah memerintahkan kepada umat Islam untuk menyembah Ka’bah.

“Sekali lagi, Ka’bah yang terbuat dari batu sama sekali tidak disembah oleh umat Islam. Karena itu, kalau ada seorang Muslim menyembah Ka’bah dan menjadikan Ka’bah sebagai sesembahannya, demi Allah, si Muslim tadi sudah murtad, kafir, keluar dari agamanya (Islam). Karenanya sebagai Muslim, ia harus menghadirkan Allah dalam hati sanubarinya. Jadi, sekalipun menghadap Ka’bah, dia sesungguhnya hanya menyembah Allah semata, bukan kepada Ka’bah yang terbuat dari batu,” jelas Habib.

Tapi kenapa harus menghadap Ka’bah? Jawabnya sekali lagi, “karena Allah yang memerintahkan umat Islam untuk menghadap ke Ka’bah, Perludicatat, sebelum umatlslam menghadap ke Ka’bah, tidak kurang dari 16 bulan, umat Islam menghadap ke Al Baitul Maqdis, yaitu menghadap ke Masjidil Aqsa, yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Karena perintah Allah untuk menghadap Baitul Maqdis, umat Islam pun menghadap ke Baitul Maqdis. Tapi 16 bulan kemudian, umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk berpindah arah, menghadap ke Ka’bah, Kenapa tidak ke tempat lainnya?

“Nah, inilah yang perlu diketahui,” kata Habib Rizieq, “bahwa di dalam sejarah umat manusia dan para nabi, Ka’bah yang ada saat ini dan yang disaksikan oleh umat manusia seluruh dunia, tidak lain adalah satu tempat yang dulu dibangun oleh Bapak para nabi, seorang manusia yang begitu muliadan dihormati oleh pelbagai umat beragama. Beliau adala’h Khaliluilah Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim membangun Ka’bah, karena memang diperintahkan oleh Allah. Lalu, Ka’bah dilestarikan oleh putranya Ismail a.s hingga ke zaman Nabi Muhammad SAW, Pada saat Nabi Ibrahim, Ka’bah merupakan suatu tempat yang suci, bersih dari kemusyrikan.”

“Begitu roda sejarah berputar,” lanjut Habib Rizieq, “kemudian muncullah orang yang menyimpangkan ajaran Nabi Ibrahim yang hanif. Akhirnya mereka meletakkan berhala-berhala di sekitar Ka’bah. SampSi tiba masanya.Jahirlah Muhammad SAW sebagai keturunan dari Ismail as, untuk mengemban tugas dari Allah: membersihkan Ka’bah dari segala berhala dan kemusyrikan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW membawa hasil yang menggembirakan, di mana seluruh berhala, baikyang ada di dalam Ka’bah maupun di luar Ka’bah, bahkan yang ada di seluruh kota suci Makkah, berhasil dihancurkan. Sampai kemudian, Ka’bah kembali pada kesuciannya dari kemusyrikan, sebagaimana permulaan Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s.”

“Yang ingin saya tekankan, kenapa harus Ka’bah yang dipilih? Karena Ka’bah memiliki nilai historis yang luar biasa, yakni nilai historis seorang Bapak para Nabi, Ibrahim a.s yang diakui kenabiannya, kerasulannya, keutamaannya, dan keistimewaanya, baik oleh umat Yahudi maupun umat Nasrani, terlebih oleh umat Islam itu sendiri. Jadi, kenapa Ka’bah yang dipilih. Itu tak lain, karena keta’ziman wa taqriman, yaitu sebagai penghormatan yang diberikan oleh Allah SWT, terhadap hasil kerja Nabi Ibrahim dengan kedua tangan sucinya, juga dari hasil kerja Nabi Ismail yang menjaga dan melestarikan Ka’bah. Dan Allah menginginkan agar Ka’bah tetap suci, dan tetap bersih dari kemusyrikan sampai hari kiamat nanti.”

Jawaban tak kalah penting tentang kenapa umat Islam diperintahkan untuk menghadap Ka’bah? Menurut Ketua Front Pembela Islam ini, “Itu, agar umat Islam setiap harinya, dan setiap detik hidupnya terus memperhatikan kelestarian Ka’bah. Tegasnya, segala waktunya, tenaga dan kemampuannya dicurahkan untuk menjaga Ka’bah, sehingga tidak lagi dikotori, dan dicampuri oleh kebatilan dan kemusyrikan. Alhamdulillah 15 abad berlalu, dari zaman Nabi Muhammad SAW, sampai saat ini, tak satu pun tangan kotor yang mengisi Ka’bah dan kota Makkah dengan berhala.”

Andai Ka’bah bukan menjadi Kiblat umat Islam, apa yang terjadi? Bisa Jadi umat Islam akan kurang pengorbanan dan perhatiannya terhadap Ka’bah. “Saya bisa buktikan, dulu saat Baitul Maqdis menjadi kiblat umat Islam, maka keberadaannya selalu diperhatikan, dijaga dan dipelihara. Tapi manakala Baitul Maqdis, sudah tidak menjadi kiblat umat Islam, kenyataaan yang terjadi, perhatian umat Islam terhadap Baitul Maqdis sudah mulai berkurang. Hingga Baitul Maqdis dikuasai oleh orang lain, orang Islam sepertinya tidak punya perhatian dalam menyatukan potensi dan kekuatannya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari intimidasi dan terror yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam,”papar Habib.

Bulan Sabit = Paganisme?
Salah satu hikmah yang bisa dipetik, kenapa umat Islam menyembah Ka’bah adalah adanya sarana edukasi luar biasa dari Allah, di mana umat Islam diajarkan untuk menyatukan visi dan misi, serta langkah perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah setiap saat. Dalam langkah itulah, ada satu tujuan yang sama, yakni: mencari keridhaan Allah semata. Ibadah haji yang dilakukan umat Islam dengan mengelilingi Ka’bah, bukan dimaksudkan untuk menyembah Ka’bah, tapi sebagai isyarat kepada hamba-Nya, bahwa apa pun suku dan bangsanya, kedudukan dan jabatannya, umat Islam dididik untuk rela menanggalkan pakaian dan perbedaan di antara mereka, juga menanggalkan pertikaian dan permusuhan di antara sesamanya. Intinya, mereka menuju titikyang sama, yakni keridhaan Allah. Maka tidak pernah ada ritual dalam Islam yang mengajarkan umatnya untuk menyembah Kab’ah.

Adapun yang berkaitan dengan bulan Sabit, Islam seolah mengelu-elukan bulan, dan terkontaminasi dengan faham mereka yang menyembah bulan. Habib Rizieq menjelaskan lebih jauh. Pada dasarnya Islam mengajarkan umatnya utuk memuliakan seluruh makhluk ciptaan Allah, apakah matahari, bulan, bumi ataupun bintang. Jadi tidak ada yang mewajibkan umat Islam menggunakan lambang berbentuk bulan. “Buktinya, anda bisa lihat sendiri, salah satu organisasi terbesar di Indonesia, seperti Muhammdiyah lambangnya tidak menggunakan bulan, tapi matahari. Begitu juga identitas FPl yang saya pimpin, tidak menggunakan bulan, tapi bintang dan tasbih. NU pun demikian, yang dipakarbukan bulan, tapi bumi dan bintang sembilan.”

Jadi tidak ada dalil yang mengkhususkan bahwa umat Islam selalu identik dengan bulan. Artinya, kalau ada masjid tanpa ada sentuhan bulan dan bintang pun tetap berfungsi sebagai masjid, “Islam sendiri, tidak terpaku dengan lambang-lambang ataupun simbol-simbol. Kalaupun diperlukan, itu hanya sebatas identitas diri, bukan tujuan untuk mengkultus, menyembah, apalagi sampai mengkontaminasi dengan pemikiran-pemikiran dan peng ajaran-pengajaran paganisme (keberhalaan).”

“Nah, kalau saja ada umat Islam menyembah bulan, demi Allah orang itu sudah mempersekutukan Allah dengan bulan. Itu artinya, orang itu sudah murtad, kafir dan keluar dari Islam,” tandas Habib tegas. (Amanah)

Wassalam.

Menjawab Tuduhan: "Kebolehan menggauli Budak dalam Islam"


Dalam banyak ayatnya, Al-Quran memang membolehkan laki-laki menyetubuhi budaknya sendiri. Tetapi bukan budak orang lain.

Hal itu antara lain terdapat dalam ayat-ayat ini:

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS Al-Mu''minun: 5-6)

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.(QS An-Nisa: 3)
Dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu ni''mati di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya, sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An-Nisa: 24)

Pembolehan itu kalau kita lihat di masa sekarang ini, sekilas memang terasa aneh dan tidak sesuai dengan rasio kita. Sebab kita hidup di abad 21, di mana perbudakan sudah menjadi barang yang asing. Kalau sampai kita membaca ayat Al-Quran yang seolah menerima konsep perbudakan, bahkan pemiliknya sampai boleh menyetubuhinya, tentu saja kita akan merasa sangat heran.

Namn pahamilah bahwa status budak itu amat hina. Budak dianggap sebagai makhluk setengah binatang dan setengah manusia. Maka tindakan menyetubuhi budak di masa itu jangan dianggap sebagai kenikmatan, justru sebaliknya, masyarakat di masa itu memandangnya sebagai sebuah tindakan yang hina dan kurang terhormat. Meski pun dihalalkan oleh Al-Quran.

Dan ketika Al-Quran menghalalkan laki-laki menyetubuhi budaknya, hal itu merupakan dispensasi atau keringanan belaka. Terutama buat mereka yang tidak mampu menikahi wanita terhormat dan mulia. Masyarakat sendiri tidaklah memandang bahwa menyetubuhi budak itu sebagai sebuah fasilitas penyaluran aktifitas seksual yang ''wah'' di masa itu. Sebab memang sudah menjadi konvensi bahkan sebuah kelaziman.

Berbeda dengan zaman sekarang, kalau kita mendengar kebolehan menyetubuhi budak, seolah kita merasakan kehebohan tersendiri. Padahal para budak wanita itu bukan sekedar wanita murahan atau rendahan, bahkan dianggap sebagai separuh binatang. Anda bisa bayangkan, mana ada orang di masa itu mau menyetubuhi makhluk setengah manusia dan setengah binatang. Pastilah mereka lebih memilih untuk menikah dengan para wanita mulia, ketimbang menggauli budak. Kalau sampai ada yang menyetubuhinya, mereka pun merasa kurang terhormat.

Mari kita renungkan kembali keadaan sosiol kemasyarakatan di masa itu, yakni abad ketujuh masehi, tentu pandangan kita akan berbeda jauh.

Ketahuilah bahwa perbudakan itu sendiri bukan produk agama Islam. Perbudakan itu sudah ada jauh sebelum Al-Quran ini diturunkan. Di zaman Romawi dan Yunani Kuno, Persia kuno, China dan hampir seluruh peradaban manusia di masa lalu telah dikenal perbudakan. Dan semua itu terjadi berabad-abad sebelum Islam datang.

Sedangkan negeri Arab termasuk negeri yang belakangan mengenal perbudakan, sebagaimana belakangan pula dalam mengenal kebejadan moral. Minuman keras, pemerkosaan, makan uang riba, menyembah berhala, poligami tak terbatas dan budaya-budaya kotor lainnya bukan berasal dari negeri Arab, tetapi justru dari peradaban-peradaban besar manusia.

Ini penting kita pahami terlebih dahulu sebelum memvonis ajaran Islam. Negeri Arab adalah peradaban yang terakhir mengenal budaya-budaya kotor itu dari hasil persinggungan mereka dengan dunia luar. Karena orang Makkah itu biasa melakukan perjalanan dagang ke berbagai negeri. Justru dari peradaban-peradaban ‘maju’ lainnya itulah Arab mengenal kejahiliyahan. Perlu anda ketahui bahwa berhala-berhala yang ada di depan ka‘bah yang berjumlah 360 itu adalah produk impor. Yang terbesar di antaranya adalah Hubal yang asli produk impor dari negeri Yaman.

Saat itu dunia mengenal perbudakan dan belaku secara international. Yaitu tiap budak ada tarif dan harganya. Dan ini sangat berpengaruh pada mekanisme pasar dunia saat itu. Bisa dikatakan bahwa budak adalah salah satu komoditi suatu negara. Dia bisa diperjual-belikan dan dimiliki sebagai investasi layaknya ternak.

Dan hukum international saat itu membenarkan menyetubuhi budak milik sendiri. Bahkan semua tawanan perang secara otomatis menjadi budak pihak yang menang meski budak itu adalah keluarga kerajaan dan puteri-puteri pembesar. Ini semua terjadi bukan di Arab, tapi di peradaban-peradaban besar dunia saat itu. Arab hanya mendapat imbasnya saja.

Dalam kondisi dunia yang centang perenang itulah Islam diturunkan. Bukan hanya untuk dunia Arab, karena kejahiliyahan bukan milik bangsa Arab sendiri, justru ada di berbagai peradaban manusia saat itu.

Maka wajar bila Al-Quran banyak menyebutkan fenomena yang ada pada masa itu termasuk perbudakan. Bukan berarti Al-Quran mengakui perbudakan, tetapi merupakan petunjuk untuk melakukan kebijakan di tengah sistem kehidupan yang masih mengakui perbudakan saat itu.

Dan ingat, tidak ada jaminan bahwa fenomena perbudakan itu telah hilang untuk selamanya. Karena kejahiliyahan itu selalu berulang. Tidak ada jaminan bahwa kebobrokan umat terdahulu yang telah Allah hancurkan, di masa mendatang tidak kembali melakukannya. Termasuk perbudakan.

Kebetulan saja kita hari ini hidup di masa di mana perbudakan kelihatannya sudah tidak ada lagi. Tapi ingat, perbudakan baru saja berlalu beberapa ratus tahun yang lalu di Barat yang katanya modern. Jadi tidak ada ayat Al-Quran yang habis masa berlakunya.

Di sisi lain, perhatikan Al-Quran dan Sunnah, hampir semua hukum yang berkaitan dengan perbudakan itu berintikan pembebasan mereka. Semua pintu yang mengarah kepada terbukanya pintu pembebasan budak terbuka lebar. Dan sebaliknya, semua pintu menuju kepada perbudakannya tertutup rapat. Dengan demikian, secara sistematis, jumlah budak akan habis sesuai perjalanan waktu.

Sementara itu, perbudakan tidaklah semata-mata penindasan, tapi pahamilah bahwa di masa itu perbudakan adalah komoditi. Harga budak itu cukup mahal. Seseorang dalam sekejap akan jatuh miskin bila secara tiba-tiba perbudakan dihapuskan oleh Islam. Seorang tuan yang memiliki 100 budak, akan menjadi fakir miskin bila pada suatu hari perbudakan dihapuskan. Padahal dia mendapatkan budak itu dari membeli dan mengeluarkan uang yang cukup besar serta menabung bertahun-tahun. Bila hal itu terjadi, di mana sisi keadilan bagi orang yang memiliki budak, sedangkan dia ditakdirkan hidup di zaman di mana perbudakan terjadi dan menjadi komoditi.

Karena itu Islam tidak secara tiba-tiba menghapuskan perbudakan dalam satu hari. Islam melakukannya dengan proses kultural dan ‘smooth’. Banyak sekali hukuman dan kaffarah yang bentuknya membebaskan budak. Bahkan dalam syariah dikenal kredit pembebasan budak. Seorang budak boleh mencicil sejumlah uang untuk menebus dirinya sendiri yang tidak boleh dihalangi oleh tuannya.

Dengan cara yang sistematis dan proses yang alami, perbudakan hilang dari dunia Islam jauh beberapa ratus tahun sebelum orang barat meninggalkan perbudakan.

Kalau hari ini ada orang yang bilang Al-quran mengakui perbudakan, maka dia perlu belajar sejarah lebih dalam sebelum bicara. Pendapatnya itu hanya akan meperkenalkan kepada dunia tentang keterbatasan ilmunya dan pada gilirannya akan menjadi bahan tertawaan saja.

Dengan sudah berakhirnya era perbudakan manusia oleh sebab turunnya agama Islam, maka otomatis urusan kebolehan menyetubuhi budak pun tidak perlu dibicarakan lagi. Sebab perbudakannya sendiri sudah dileyapkan oleh syariah.

Mungkin ada yang bertanya, kalau perbudakan sudah lenyap, mengapa Al-Quran masih saja bicara tentang perbudakan?

Untuk menjawab itu kita perlu melihat lebih luas. Marilah kita membuat pengandaian sederhana. Seandainya suatu ketika nanti entah kapan, terjadi perang dunia yang melumat semua kehidupan dunia. Lalu pasca perangitu peradaban umat manusia hancur lebur, mungkin juga peradaban manusia kembali lagi menjadi peradaban purba, lantas umat manusia yang jahiliyah kembali jatuh ke jurang perbudakan manusia, maka agama Islam masih punya hukum-hukum suci yang mengatur masalah perbudakan.

Wallahu a''lam bishshawab

Orientalisme dan Teori Pengaruh Terhadap Islam


Sebagian kalangan Muslim, akhir-akhir ini ada yang berpendapat, bahwa kaum Muslim tidak perlu bersikap apriori terhadap hal-hal yang asing. Islam tidak perlu takut diinfiltrasi oleh pemikiran Barat modern, Kristen, atau Yahudi. Sebab, menurut mereka, sejak awal mula kelahirannya, Islam memang sudah diinfiltrasi oleh Kristen-Yahudi. Buktinya, dalam al-Quran ada cerita tentang Maryam, Bani Israel, dan sebagainya. Jadi, wajar saja, jika Islam kemudian juga terus menyerap unsur-unsur asing dalam dirinya, seperti penerapan hermeneutika untuk tafsir al-Quran.

Untuk memahami duduk masalahnya, ada baiknya kita tinjau, latar belakang sejarah perkembangan 'teori pengaruh' ini di kalangan orientalis dan misionaris Kristen. Menurut orientalis terkenal dalam studi al-Quran, Andrew Rippin, adalah Abraham Geiger (seorang rabbi Yahudi di Jerman), orang pertama yang menggunakan pendekatan ilmiah terhadap Islam. Yang dimaksud dengan ilmiah adalah 'Teori Pengaruh Asing' kepada Islam.

Geiger menulis sebuah buku "What did Muhammad Borrow from Judaism?" Theodor Noldeke, seorang Pendeta di Jerman dan juga dedengkot orientalis dalam studi historisitas al-Quran, memuji usaha Geiger.

Murid Noldeke, bernama Friedrich Schwally, mengkritik pendapat gurunya. Menurut Schwally, yang lebih berpengaruh terhadap Islam adalah Kristen, dan bukan Yahudi. CC Torrey, seorang profesor di Universitas Yale, Amerika Serikat, mempertahankan pendapat Geiger. Torrey membahas secara panjang lebar mengenai pengaruh Yahudi dalam Islam dalam karyanya "The Jewish Foundation of Islam". Menyibukkan diri untuk menjawab pertanyaan, mana yang lebih banyak pengaruhnya kepada Islam, Yahudi atau Kristen, Prof MacDonald mengkritik karya Torrey dan mengajukan pertanyaan, "Is Islam a Jewish or a Christian heresy?" Apakah Islam itu penyimpangan dari Yahudi, atau dari Kristen?

Namun, kemudian, 'Teori Pengaruh' ini dikembangkan lebih jauh lagi. Bahwa, kata para orientalis dan misionaris, Islam bukan hanya dipengaruhi oleh Yahudi dan Kristen, tetapi juga oleh unsur-unsur budaya. Seorang misionaris Inggris untuk Isfahan, W. St. Clair-Tisdall menegaskan bahwa Islam itu bukan bersumber dari 'langit', tapi bersumber dari ragam agama dan budaya. Menurut Tisdall, konsep Islam tentang Tuhan, haji, cium hajar aswad, menghormati kabah, semuanya diambil dari budaya jahiliah. Shalat lima waktu dari tradisi Sabian. Kisah Nabi Ibrahim, Sulaiman, Ratu Balqis, Harut Marut, Habil Qabil dari Yahudi. Ashabul Kahfi dan Maryam dari Kristen. Tidak ketinggalan dari Hindu dan Zoroastria, yaitu Isra Mi'raj dan jembatan (shirath) di hari kiamat.

Para orientalis dan misionaris itu terus memproduksi untuk menyebarkan 'Teori Pengaruh' tersebut, bahkan kemudian, ada sebagian kalangan Muslim yang 'memungut' teori tersebut dan disebarluaskan kepada kaum Muslim. Sayangnya, kadangkala, ia tidak menyebutkan sumbernya. S Fraenkel menulis buku De Vocabulis in Antiquis Arabum Carminibus et in Corano Peregrinis (Mengenai kosa kata asing di dalam puisi Arab kuno dan di dalam al-Quran). Fraenkel juga menulis Die Aramaischen Fremworter im Arabischen (pengaruh Aramaik kepada bahasa Arab). Hartwig Hirschfeld menegaskan bahwa kosa kata asing (Fremdworter) di dalam al-Quran menunjukkan Islam itu tidak orisinal.

Hirshfeld mengatakan: ''Salah satu persoalan utama yang kita hadapi kemudian adalah ... bagaimana memastikan sebuah ide atau ekspresi itu muncul dari kekayaan spiritual Muhammad atau dipinjam dari sumber lain, bagaimana dia mempelajari hal itu, dan seberapa jauh hal itu diubah untuk disesuaikan dengan tujuan kenabiannya.'' Arthur Jeffery mengamini pendapat yang umum di kalangan para orientalis itu. Memang, al-Quran terpengaruh berbagai bahasa asing seperti Ethiopia, Aramaik, Ibrani, Syriak, Yunani Kuno, Persia, dan bahasa lainnya. Jeffery menyebutkan adanya 275 kosa kata asing di dalam al-Quran (Foreign Vocabulary of the Quran). Melanjutkan "Teori Pengaruh", Christoph Luxenberg (nama samaran), menyatakan bahwa bahasa al-Quran sebenarnya berasal dari bahasa Syriac (Syro-Aramaik).

Dengan bahasa puitis Arnold mengatakan: "Islam lahir di gurun pasir, ibunya Sabean Arab, ayahnya Yahudi, dan perawat yang mengasuhnya adalah Kristen Timur." Senada dan seirama dengan Arnold, Samuel Zwemer (pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1922 sebagai seorang misionaris level internasional, pendiri dan penggagas jurnal misionaris The Moslem World serta perancang terkemuka berbagai konferensi misionaris internasional) menyimpulkan bahwa Islam bukanlah sebuah kreativitas, namun sebuah cangkokan (concoction); tidak ada yang mulia mengenainya kecuali Muhammad yang genius mencampurkan unsur-unsur lama di dalam obat mujarab baru untuk penyakit manusia dan memaksanya dengan menggunakan pedang.

Ia menulis buku "Islam: A Challenge to Faith" (terbit pertama tahun 1907). 'Teori Pengaruh' terus diperluas ke bidang-bidang yang ada di dalam studi Islam seperti filsafat, usul fikih, kalam, sufi, syariah, tafsir, dan sebagainya. Semua itu, kata mereka, juga terpengaruh dengan Yahudi-Kristen. John Wansbrough, misalnya, berpendapat historisitas tafsir serupa dengan dengan apa yang terjadi di agama Yahudi. Ia selanjutnya menggunakan istilah haggadic, halakhic, dan masoretic exegesis. Filsafat al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ikhwanus Safa, diambil dari tradisi Neo-Platonik dan Aristote.

Bahkan sekalipun al-Kindi dan al-Ghazali mengkritik teori penciptaan alam, maka kritik al-Kindi dan al-Ghazali itu pun, kata mereka, diambil dari Philoponus. Teori usul fikih diambil dari logika Aristoteles. Kalam Asy'ari apalagi Mu'tazilah berasal dari filsafat Yunani. Sufi berasal dari Neo-Platonik. Nihil novum sub sole! (Nothing is new under the sun). Mereka juga mengklaim, bahwa infiltrasi terhadap Islam, dari versi Yahudi dan Kristen, sudah ada sejak Islam muncul. Makanya, Muhammad itu bukan ummi. Ia membuat ajaran Islam dari apa yang ia baca dan dengar. Untuk menyebarluaskan pola pikir semacam itu, maka para orientalis dan misionaris itu juga membuat jurnal, ensiklopedia, bahkan universitas-universitas.

Khususnya studi tentang Islam dalam versi dan cara pandang mereka. Berdirilah, misalnya, Fakultas School of Oriental Studies, di American University, Kairo, pada tahun 1921. Fakultas ini dirancang dan digagas di United Kingdom pada 1910 oleh Zwemer dan kawan-kawan. Kairo dipilih karena pusat literatur dan peradaban Arab ada di situ. Datanglah Snouck Hurgronje ke Makkah dan bergaul dengan para syekh di sana. Terbitlah berbagai jurnal level internasional yang sibuk mengkaji Islam. Berdirilah berbagai pusat studi Islam di Eropa dan Amerika. Dikirimlah calon para pemikir Muslim dengan berbagai santunan, beasiswa untuk belajar tentang Islam. Kita tidak perlu apriori terhadap semua yang datang dari luar Islam.

Al-Quran telah memberikan contoh, bagaimana menyebutkan hal-hal yang sama dengan yang ada dalam tradisi Kristen, Yahudi, bahkan jaihiliyah Arab, tetapi al-Quran memberikan konsep baru dan sekaligus mengkritik keras berbagai konsep Yahudi-Kristen. Jika Yahudi-Kristen menggambarkan dalam Bibel mereka, bahwa Daud dan Luth adalah pezina kelas berat, maka al-Quran menyebutkan, bahwa mereka adalah nabi-nabi Allah yang saleh. Para ulama kita sudah maklum akan hal ini. Bahkan, para ulama Islam, pun selama berabad-abad telah melakukan usaha-usaha kritis dalam mengkaji dan mengadopsi unsur-unsur asing, tanpa membongkar hal-hal yang asasi dalam Islam.

Tetapi, pola kajian orientalis-misionaris biasanya mencoba mengaburkan banyak hal. Pendekatan historis-kritis yang sudah sangat mapan dalam tradisi kajian Bibel dikacaukan dengan konsep asbab an-nuzul dalam kajian al-Quran. Dalam kajian sejarah, konsep 'teokrasi' Kristen dikacaukan dengan konsep 'khilafah' Islam. Bahkan, kajian 'Textual Criticism' terhadap Bibel juga kemudian diaplikasikan terhadap al-Quran. Ujung-ujungnya, adalah membongkar konsep al-Quran sebagai kalam Allah. Seolah-olah, semua itu, menggambarkan apa yang disabdakan Rasululah SAW, jika 'Yahudi-Nasrani' masuk ke lobang biawak, maka Muslim pun ikut juga. Jika mereka merusak agama mereka sendiri, ada saja kalangan Muslim yang ikut-ikutan. Berderet karya-karya sarjana Bibel yang mengkaji secara kritis tentang otentisitas teks-teks Bibel.

Banyak karya bisa dirujuk, seperti karya Prof Bruce M Metzger, The Text of the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration. Juga karyanya, A Textual Commentary on the Greek New Testament, dan juga The Canon of the New Testament: Its Origin, Development and Significance. Begitu juga karya Robert R Wilson Sociological Approaches to the Old Testament, dan Edgard Krentz The Historical-Critical Method. Pendekatan-pendekatan tersebut telah digunakan oleh Theodor Noldeke, F Schwally, Gotthelf Bergstrasser, Otto Pretzl, Edward Sell, Arthur Jeffery, John Wansbrough, dan lain-lain. Sell, misalnya, mengelaborasi gagasannya tentang studi kritis historisitas al-Quran di dalam karyanya Historical Development of the Quran yang diterbitkan pada tahun 1909 di Madras, India.

Sell menyeruh kalangan misionaris keristen ketika mengkaji Islam,supaya fokus kepada historitas al-Quran. Menurut Sell, kajian kritis-historis al-Quran bisa dilakukan dengan menggunakan metodologi analisa bibel (Biblical criticism). Merealisasikan idenya, Sell sendiri sudah menggunakan metodologi higher criticism. Sebelum Sell, Noldeke, ikut lomba penulisan esay tentang kritis-historis al-Quran, yang diadakan di Paris dan ia menang. Saat itu, ia masih berumur 20 tahun. Karyanya Geschichte des Qorans (Sejarah al-Quran) dipublikasikan tahun 1860. Karya ini selanjutnya dilengkapi oleh F Schwally, Bergstrasser, dan Pretzl. Mereka menyelesaikan buku kritis-historis al-Quran selama kurang lebih 68 tahun.

Jeffery ikut juga mengaplikasikan pendekatan-pendekatan tersebut. Hasilnya, Jeffery ingin menggagas al-Quran edisi kritis (a critical edition of the Koran). Latar belakang sejarah dan pemikiran ini perlu dipahami, agar dipahami, bahwa usaha untuk 'meruntuhkan' bangunan Islam tidaklah pernah berhenti. Dari bentuk yang sangat kasar, seperti yang dilakukan Salman Rushdi, sampai yang sangat halus, melalui infiltrasi pemikiran berbaju Islam. Tentu akan berbeda dampaknya, jika propagandis 'Teori-Pengaruh' itu adalah Geiger yang Yahudi dengan 'Abdul' 'yang nongkrong di organisasi Islam. Meskipun sumbernya dia-dia juga.

ISLAMIA : Menangkal Virus JIL Perusak Aqidah

Virus menyerbu akidah, namun tak cukup vaksin untuk menangkalnya. Tak banyak yang sadar telah ditulari dan tak berdaya.

Seorang santri dari pesantren Al Amin, sebuah pondok di Parenduan, di ujung pulau Madura mempunyai pendapat yang cukup menggetarkan. Menurutnya, al-Qur’an adalah kitab yang tak sempurna. Dengan nada filosofis ia menyatakan, bahwa al-Qur’an adalah kitab yang sempurna dalam ketidaksempurnaan.

Fakta menyedihkan ini terungkap dalam sebuah workshop Sekulerisasi dan Liberalisasi dalam Pemikiran Islam. Workshop marathon ini diprakarsai oleh beberapa mahasiswa program doktoral di International Institute of Islamic Thought Civilization (ISTAC), Malaysia. Selain di Madura, acara yang sama juga digelar di Surabaya, Solo, Jogjakarta dan Jakarta.

Satu di antara banyak tujuan workshop ini adalah berbagi pengetahuan tentang gerakan sekulerisme dan liberalisme yang mengancam akidah umat Islam.

Selain di Madura, di Solo acara ini mendapat kejutan yang kurang lebih sama. Acara didemo oleh beberapa kalangan muda, salah satunya dari Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Mereka tak sepakat dengan acara workshop ini. Selidik punya selidik, protes barisan liberal dan sekuler ini berawal, karena hasil workshop akan dijadikan bahan rujukan untuk menyikapi pemikiran mereka.

Dua kasus di atas, adalah contoh kecil betapa virus-virus perusak akidah terus merangsek atas nama pemikiran dan pembaruan Islam. Nama gerakannya bisa macam-macam. Ada JIL, ada Islam Emansipatoris dan berbagai sebutan lain. “Tapi kita jangan dikacaukan oleh terminologi, karena yang bikin istilah sendiri juga pusing. Banyak nama yang mereka pakai, tapi sesungguhnya sama saja pemikirannya,” ujar Adian Husaini, salah seorang pemateri workshop.

Lebih lanjut Adian mengatakan, dunia Islam, khususnya pemikiran saat ini memang sedang diserbu besar-besaran oleh paham-paham liberal dan sekuler. “Orang-orang seperti Ulil, Masdar dan yang lainnya itu sebenarnya kecil. Saya menyebut mereka pengasong saja, ada yang lebih besar, bahkan sekarang sudah buka “pabrik” di Indonesia,” kata Adian yang tengah menyelesaikan studinya di Kuala Lumpur.

Berbagai pemikiran sekuler dan liberal diekspor masuk ke dunia Islam. Dan parahnya, ekspor virus tersebut justru digemari oleh kalangam muda Muslim. Bahkan, menurut Adnin Armas, penulis buku Pengaruh Kristen-Orientalis Terhadap Islam Liberal, liberalisasi di beberapa kalangan justru dianggap sebagai gerakan tauhidisasi. “Itu karena gerakan ini dianggap sebagai gerakan yang mencoba menghilangkan hal-hal mistis dan lebih mengedepankan sikap rasional. Padahal liberalisasi dan sekulerisasi tak berhenti sampai di situ, mereka juga akan terus maju menggusur nilai-nilai spiritual dalam agama, politik, sosial, ekonomi dan sebagainya.”

Dari berbagai pintu mereka masuk. Salah satu yang cukup gencar dijalankan adalah memasarkan metode Hermeneutika sebagai pisau untuk membedah ayat-ayat suci al-Qur’an. Di beberapa pergurauan tinggi negeri Islam, Hermeneutika telah dijadikan mata kuliah wajib bagi para mahasiswanya. Tak hanya itu, malpraktik juga terjadi. Tanpa menyebut nama universitas, beberapa dosen yang memprotes pemberlakuan materi ini tak lagi dapat jam untuk mengajar para mahasiswanya.

Hermeneutika terus menerus diajukan sebagai alternatif lain yang seolah-olah lebih hebat dari tradisi tafsir para ulama Muslim. Padahal, hermeneutika berawal dari tradisi para teolog Protestan Liberal untuk memahami teks bible yang bermasalah. Kini malah langkah para teolog Kristen ini ditiru oleh kalangan muda Muslim.

Menyadari bahaya itu pula, sebuah majalah pemikiran dan peradaban Islam, ISLAMIA diluncurkan baru-baru ini di Jakarta. Majalah ini sebetulnya adalah langkah dan strategi lanjutan melawan virus liberalisasi dan sekulerisasi setelah workshop marathon. Islamia menurunkan Hermeneutika sebagai laporan utama edisi perdanannya.

Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi, Pemimpin Redaksi Islamia, majalah dengan semangat membawa bayan yang benar terhadap gejala liberalisasi dan sekulerisasi khususnya di kalangan muda Islam.

Pemimpin Umum Islamia, Edy Setiawan mengatakan, majalah-majalah seperti ini mutlak dibutuhkan dalam kondisi seperti sekarang. “Saya tidak bisa membayangkan, anak-anak muda kita diserbu oleh gagasan sekulerisme dan liberalisme. Mereka ini adalah calon pemimpin bangsa, apa jadinya Indonesia jika calon pemimpinnya berpikir sekuler?” ujar Edy.

Namun berdasarkan pengalaman, seringkali media-media serius seperti majalah ini tersendat dalam perjalanannya. Tiras dan iklan kadang tak cukup menopang untuk bertahan. “Karena itu, mau tidak mau harus ada subsidi silang untuk pembiayaan media seperti ini. Harus ada dana jihad yang dianggarkan untuk bertarung dalam kancah pemikiran dan intelektual,” ungkap Edy Setiawan.

Dana jihad, tampaknya memang harus dipikirkan secara serius oleh kaum Muslimin. Terlebih dalam kancah pertarungan pemikiran. Siapa mau jadi donatur jihad peradaban? Ditunggu sumbangsihnya.

Islam Liberal, Pemurtadan Berkedok Islam


Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan baru dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangnya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis, kini melangkah lagi dengan kemasan barunya, JIL.

Mula-mula yang mereka tempuh adalah mengacaukan istilah. Mendiang Dr Harun Nasution direktur Pasca Sarjana IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Jakarta berhasil mengelabui para mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia, dengan cara mengacaukan istilah. Yaitu memposisikan orang-orang yang nyeleneh sebagai pembaharu. Di antaranya Rifa'at At-Thahthawi (orang Mesir alumni Paris yang menghalalkan dansa-dansi laki perempuan campur aduk) oleh Harun Nasution diangkat-angkat sebagai pembaharu dan bahkan dibilang sebagai pembuka pintu ijtihad.

Hingga posisi penyebar faham menyeleweng itu justru didudukkan sebagai pembaharu atau modernis (padahal penyeleweng agama).

Akibatnya, dikesankanlah bahwa posisi Rifa'at At-Thahthawi itu sejajar dengan Muhammad bin Abdul Wahab pemurni ajaran Islam di Saudi Arabia. Padahal hakekatnya adalah dua sosok yang berlawanan. Yang satu mengotori pemahaman Islam, yang satunya memurnikan pemahaman Islam. Pemutar balikan fakta dan istilah itu disebarkan Harun Nasution secara resmi di IAIN dan perguruan tinggi Islam se-Indonesia lewat buku-bukunya, di antaranya yang berjudud Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, terbit sejak 1975.

Pengacauan istilah itu dilanjutkan pula oleh tokoh utama JIL yakni Nurcholish Madjid. Dia menggunakan cara-cara Darmogandul dan Gatoloco, yaitu sosok penentang dan penolak syari'at Islam di Jawa yang memakai cara: Mengembalikan istilah kepada bahasa, lalu diselewengkan pengertiannya.

Darmogandul dan Gatoloco itu menempuh jalan: Mengembalikan istilah kepada bahasa, kemudian bahasa itu diberi makna semaunya, lalu dari makna bikinannya itu dijadikan hujjah/ argument untuk menolak syari'at Islam.

Coba kita bandingkan dengan yang ditempuh oleh Nurcholish Madjid: Islam dikembalikan kepada al-Din, kemudian dia beri makna semau dia yaitu hanyalah agama (tidak punya urusan dengan kehidupan dunia, bernegara), lalu dari pemaknaan yang semaunya itu untuk menolak diterapkannya syari'at Islam dalam kehidupan.

Kalau dicari bedanya, maka Darmogandul dan Gatoloco menolak syari'at Islam itu untuk mempertahankan Kebatinannya, sedang Nurcholish Madjid menolak syari'at Islam itu untuk mempertahankan dan memasarkan Islam Liberal dan faham Pluralismenya. Dan perbedaan lainnya, Darmogandul dan Gatoloco adalah orang bukan Islam, sedang Nurcholish Madjid adalah orang Islam yang belajar Islam di antaranya di perguruan tinggi Amerika, Chicago, kemudian mengajar pula di perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia. Hanya saja cara-cara menolak Syari'at Islam adalah sama, hanya beda ungkapan-ungkapannya, tapi caranya sama.

Untuk lebih jelasnya, mari kita simak kutipan tulisan Nurcholish Madjid sebagai berikut:

Kutipan:
"…sudah jelas, bahwa fikih itu, meskipun telah ditangani oleh kaum reformis, sudah kehilangan relevansinya dengan pola kehidupan zaman sekarang. Sedangkan perubahan secara total, agar sesuai dengan pola kehidupan modern, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang kehidupan modern dalam segala aspeknya, sehingga tidak hanya menjadi kompetensi dan kepentingan umat Islam saja, melainkan juga orang-orang lain. Maka, hasilnya pun tidak perlu hanya merupakan hukum Islam, melainkan hukum yang meliputi semua orang, untuk mengatur kehidupan bersama." (Artikel Nurcholish Madjid).

Tanggapan:
Kalau Gatoloco menolak syari'at dengan cara mengkambing hitamkan kambing curian, maka sekarang generasi Islam Liberal menolak syari'ah dengan meganggap fiqh sudah kehilangan relevansinya. Sebenarnya, sekali lagi, sama saja dengan Gatoloco dan Darmogandul itu tadi.

Tuduhan bahwa fiqh telah kehilangan relevansinya, itu adalah satu pengingkaran yang sejati. Dalam kenyataan hidup ini, di masyarakat Islam, baik pemerintahnya memakai hukum Islam (sebut saja hukum fiqh, karena memang hukum praktek dalam Islam itu tercakup dalam fiqh) maupun tidak, hukum fiqh tetap berlaku dan relevan. Bagaimana umat Islam bisa berwudhu, sholat, zakat, puasa, nikah, mendapat bagian waris, mengetahui yang halal dan yang haram; kalau dia anggap bahwa fiqh sudah kehilangan relevansinya? Bahkan sampai di zaman modern sekarang ini pun, manusia yang mengaku dirinya Muslim wajib menjaga dirinya dari hal-hal yang haram. Untuk itu dia wajib mengetahui mana saja yang haram. Dan itu perinciannya ada di dalam ilmu fiqh.

Seorang ahli tafsir, Muhammad Ali As-Shobuni yang jelas-jelas menulis kitab Tafsir Ayat-ayat Hukum, Rowaai'ul Bayan, yang dia itu membahas hukum langsung dari Al-Qur'an saja masih menyarankan agar para pembaca merujuk kepada kitab-kitab fiqh untuk mendapatkan pengetahuan lebih luas lagi. Tidak cukup hanya dari tafsir ayat ahkam itu.
Faham JIL

Secara mudahnya, JIL itu menyebarkan faham yang menjurus kepada pemurtadan. Yaitu sekulerisme, inklusifisme, dan pluralisme agama.

Sekulerisme adalah faham yang menganggap bahwa agama itu tidak ada urusan dengan dunia, negara dan sebagainya. Inklusifisme adalah faham yang menganggap agama kita dan agama orang lain itu posisinya sama, saling mengisi, mungkin agama kita salah, agama lain benar, jadi saling mengisi. Tidak boleh mengakui bahwa agama kita saja yang benar. (Ini saja sudah merupakan faham pemurtadan). Lebih-lebih lagi faham pluralisme, yaitu menganggap semua agama itu sejajar, paralel, prinsipnya sama, hanya beda teknis. Dan kita tidak boleh memandang agama orang lain dengan memakai agama yang kita peluk. (Ini sudah lebih jauh lagi pemurtadannya). Jadi faham yang disebarkan oleh JIL itu adalah agama syetan, yaitu menyamakan agama yang syirik dengan yang Tauhid.

Tampaknya orang-orang yang pikirannya kacau dan membuat kekacauan agama seperti itu adalah yang telah merasakan celupan dari pendeta, atau Yahudi, atau Barat, atau yang dari awalnya bergaul di lingkungan faham sesat Ahmadiyah dan sebagainya atau di lingkungan ahli bid'ah.

Berikut ini contoh nyata, Ahmad Wahib yang mengaku sekian tahun diasuh oleh pendeta dan Romo. Kemudian fahamnya yang memurtadkan pun disebarkan oleh Johan Effendi, tokoh JIL yang jelas-jelas anggota resmi aliran sesat Ahmadiyah. Di antara fahamnya sebagai berikut:

Ahmad Wahib Menafikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai Dasar Islam

Setelah Ahmad Wahib berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya dengan dugaan dugaan, "menurut saya" atau "saya pikir", tanpa dilandasi dalil sama sekali, lalu di bagian lain, dalam Catatan Harian Ahmad Wahib ia mencoba menafikan Al-Qur'an dan Hadits sebagai dasar Islam. Dia ungkapkan sebagai berikut:

Kutipan:
" Menurut saya sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah Qur'an dan Hadits melainkan Sejarah Muhammad. Bunyi Qur'an dan Hadits adalah sebagian dari sumber sejarah dari sejarah Muhammad yang berupa kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri. Sumber sejarah yang lain dari Sejarah Muhammad ialah: struktur masyarakat, pola pemerintahannya, hubungan luar negerinya, adat istiadatnya, iklimnya, pribadi Muhammad, pribadi sahabat-sahabatnya dan lain-lainnya." (Catatan Harian Ahmad Wahib, hal 110, tertanggal 17 April 1970).

Tanggapan:
Ungkapan tersebut mengandung pernyataan yang aneka macam.

Menduga-duga bahwa bahan-bahan dasar ajaran Islam bukanlah Al-Quran dan Hadits Nabi saw. Ini menafikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar Islam.

Al-Qur'an dan Hadits adalah kata-kata yang dikeluarkan oleh Muhammad itu sendiri. Ini mengandung makna yang rancu, bisa difahami bahwa itu kata-kata Muhammad belaka. Ini berbahaya dan menyesatkan. Karena Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah SWT yang dibawa oleh Malaikat Jibril, disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun lebih. Jadi Al-Qur'an itu Kalamullah, perkataan Allah, bukan sekadar kata-kata yang dikeluarkan Muhammad itu sendiri seperti yang dituduhkan Ahmad Wahib.

Allah SWT menantang orang yang ragu-ragu:
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar." (QS Al-Baqarah: 23).

Al-Qur'an dan Hadits dia anggap hanya sebagian dari sumber sejarah Muhammad, jadi hanya bagian dari sumber ajaran Islam, yaitu Sejarah Muhammad. Ini akal-akalan Ahmad Wahib ataupun Djohan Effendi, tanpa berlandaskan dalil.

Al-Qur'an dan Hadits disejajarkan dengan iklim Arab, adat istiadat Arab dan lain-lain yang nilainya hanya sebagai bagian dari Sejarah Muhammad. Ini menganggap Kalamullah dan wahyu senilai dengan iklim Arab, adat Arab dan sebagainya. Benar-benar pemikiran yang tak bisa membedakan mana emas dan mana tembaga. Siapapun tidak akan menilai berdosa apabila melanggar adat Arab.

Tetapi siapapun yang konsekuen dengan Islam pasti akan menilai berdosa apabila melanggar Al-Qur'an dan AAs-Sunnah. Jadi tulisan Ahmad Wahib yang disunting Djohan Effendi iitu jjelas mmerusak pemahaman Islam dari akarnya. Ini sangat berbahaya, karena landasan Islam yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah/ Hadits telah dianggap bukan landasan Islam, dan hanya setingkat dengan adat Arab. Mau ke mana arah pemikiran duga-duga tapi sangat merusak Islam semacam ini?

Pandangan-pandangan berbahaya semacam itulah yang diangkat-angkat orang pluralis (menganggap semua agama itu paralel, sama, sejalan menuju keselamatan, dan kita tidak boleh melihat agama orang lain pakai agama yang kita peluk) yang belakangan menamakan diri sebagai Islam Liberal.
Tokoh-tokoh Islam Liberal

Siapa sajakah yang mereka daftar sebagai Islam Liberal?
Dalam internet milik mereka, ada sejumlah nama. Kami kutip sebagai berikut:
"Beberapa nama kontributor JIL (Jaringan Islam Liberal, pen) adalah sebagai berikut:
Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
Charles Kurzman, University of North Carolina.
Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Abdallah Laroui, Muhammad V University, Maroko.
Masdar F. Mas'udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, Jakarta.
Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta.
Edward Said
Djohan Effendi, Deakin University, Australia.
Abdullah Ahmad an-Naim, University of Khartoum, Sudan.
Jalaluddin Rahmat, Yayasan Muthahhari, Bandung.
Asghar Ali Engineer.
Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Mohammed Arkoun, University of Sorbone, Prancis.
Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta.
Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah.
Said Agil Siraj, PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Jakarta.
Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta.
Rizal Mallarangeng, CSIS, Jakarta.
Budi Munawar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta.
Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS.
Taufiq Adnan Amal, IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta.
Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam-NU, Jakarta.
Luthfi Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
Saiful Mujani, Ohio State University, AS.
Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok -Jakarta.
Syamsurizal Panggabean, Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Mereka itu diperlukan untuk mengkampanyekan program penyebaran gagasan keagamaan yang pluralis dan inklusif. Program itu mereka sebut "Jaringan Islam Liberal" (JIL).
Penyebaran gagasan keagamaan yang pluralis dan inklusif itu di antaranya disiarkan oleh Kantor Berita Radio 68H yang diikuti 10 Radio; 4 di Jabotabek (Jakarta Bogor, Tangerang, Bekasi) dan 6 di daerah.

Di antaranya Radio At-Tahiriyah di Jakarta yang menyebut dirinya FM Muslim dan berada di sarang NU tradisionalis pimpinan Suryani Taher, dan juga Radio Unisi di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dua Radio Islam itu ternyata sebagai alat penyebaran Islam Liberal, yang fahamnya adalah pluralis, semua agama itu sama/ paralel, dan kita tak boleh memandang agama lain dengan pakai agama kita. Sedang faham inklusif adalah sama dengan pluralis, hanya saja memandang agama lain dengan agama yang kita peluk. Dan itu masih dikritik oleh orang pluralis.

Itulah pemurtadan lewat jalur yang menggunakan nama Islam dan orang-orang yang mengaku dirinya Muslim.
Menghadapi Islam Liberal

Untuk menghadapi pemurtadan yang diusung Islam Liberal itu sudah ada tuntunan dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Di antaranya ayat:
"Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku." (QS Al-Kaafiruun/ 109: 6). [/color]

Ibrahim Al-Khalil dan para pengikutnya berkata kepada kaumnya, orang-orang musyrikin:

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." (Al-Mumtahanah/ 60: 4) (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2, Darul Fikr, Beirut, hal 509).

Dalam hadits ditegaskan:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati nabiyyinaa saw ilaa jamii'in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah nabi kita saw bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).

Faham inklusifisme dan pluralisme agama yang diusung oleh JIL jelas bertentangan dengan firman Allah SWT dan sabda Nabi saw. Berarti faham JIL itu adalah untuk merobohkan ayat dan hadits, maka wajib diperangi secara ramai-ramai. Kalau tidak maka akan memurtadkan kita, anak-anak kita, dan bahkan cucu-cicit kita.[]

Islam Liberal : Hawa Nafsu Berkedok Ilmu


"Allah menciptakan malaikat dengan menyertakan akal tanpa hawa nafsu. Dan menciptakan binatang dengan menyertakan hawa nafsu tanpa akal. Sedangkan Allah menciptakan manusia dengan menyertakan akal dan hawa nafsu sekaligus. Maka barangsiapa yang ilmunya menguasai hawa nafsu maka dia lebih baik dari malaikat dan barangsiapa hawa nafsunya mengalahkan ilmunya maka dia lebih buruk dari binatang." Demikian Malik bin Dinar t mendudukkan manusia.

Jika malaikat senantiasa taat, itu karena mereka diciptakan tanpa disertai hawa nafsu yang menentangnya, tetapi manusia yang dititahkan disertai hawa nafsu lalu dia mampu menundukkan nafsu dengan ilmunya, maka dia manusia istimewa. Demikian pula halnya, menjadi kewajaran jika binatang hanya makan dan menuruti syahwatnya, karena memang mereka diciptakan tanpa diberi akal.

Tetapi manusia yang diberi akal lalu hanya memperturutkan hawa nafsunya maka binatang lebih baik darinya. Allah berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi." (al-A’raf: 179)

Ilmu VS Hawa Nafsu


Allah menghendaki agar manusia mau mengendalikan hawa nafsu dengan ilmunya, namun setan berusaha menggiring manusia untuk memperturutkan hawa nafsunya. Ilmu dan hawa nafsu senantiasa berebut untuk meraih hegemoni, selalu bertarung untuk dapat mendominasi jiwa manusia. Yang paling celaka adalah ketika hawa nafsu yang bertahta dalam jiwa manusia, menjadi raja yang menjadi sesembahannya:

"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun." (al-Qashash: 50)

Pertarungan tersebut bukan saja terjadi pada masing-masing jiwa manusia, namun juga membumi. Jika hawa nafsu banyak menguasai mayoritas manusia di bumi, maka bisa jadi hawa nafsu yang memegang kendali dan merajai.

Ibnu Mas’ud pernah berkata di hadapan sahabat dan tabi’in: "Sesungguhnya kalian hidup di suatu zaman di mana kebanaran yang menguasai hawa nafsu, namun kelak akan ada suatu zaman di mana hawa nafsu yang merajai kebenaran."

Rupanya zaman itu sudah sampai. Lihat saja, setiap kali terjadi perang opini, maka pemuja hawa nafsu lebih banyak pendukungnya, para pengumbar nafsu paling banyak dijadikan idola.

Hawa Nafsu Dikemas dengan Ilmu


Proyek meng’hawa-nafsu’kan dunia ditempuh setan dengan banyak cara sekaligus menunjuk arsitek dan para pekerjanya. Di antara cara tersebut adalah membungkus hawa nafsu dengan kedok ilmu. Tugas ini diemban oleh ‘syaithan nathiq’ (setan bicara) yang melegalkan hawa nafsu atas nama ilmu. Dengan kemasan ini, kampanye setan untuk menggolkan hawa nafsu sebagai penguasa sukses dengan kemenangan telak.

Kasus pornografi misalnya. Definisi dan batasan istilah ini diperdebatkan, namun hanya satu tujuan setan, memenangkan opini bahwa ‘tidak ada yang layak dikatakan porno’. Statemen yang paling efektif untuk ini adalah pernyataan bahwa ‘batasan pornorafi itu relatif.’

Cermatilah, bagaimana setan mengajari murid-muridnya untuk berargumen. Ketika seorang model yang suka tampil vulgar ditanya tentang sikap masyarakat yang memandang tabu dan mem’porno’kan gayanya, dia menjawab: "Terserah mereka, tinggal dari sisi mana mereka menilai. Kalau mereka ‘positif thinking’ (husnudzhon) ya mereka menganggapnya baik, tapi kalau sudah ‘negatif thinking’ (su’udzhon) duluan, ya...apa-apa dikatakan jelek." Inilah hawa nafsu yang dikemas dengan ‘ilmu’. Mereka hanya ingin berkelit dari hukum manusia, tetapi mereka tak mungkin bisa lari dari hukuman Allah.

Tidak jarang pula bahkan, orang-orang yang se-tipe dengannya menganggap masyarakat yang anti pornografi sebagai kaum munafik, ‘toh sebenarnya mereka juga demen’, katanya. Tetapi, munafik yang sebenarnya adalah mereka yang tidak mau taat kepada norma yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, bahkan menghalangi orang-orang darinya, firman Allah:

"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu." (an-Nisa’: 61)

Dilegalkan Para Cendekiawan


Wajar jika pernyataan-pernyataan sumbang seperti beberapa contoh di atas muncul dari orang-orang yang notabene memang jauh dari bangku pondok pesantren, atau jarang mencicipi pengetahuan agama. Yang aneh adalah orang-orang yang ditokohkan dalam hal agama ikut-ikutan pula mempromosikan hawa nafsu berkedok ilmu. Tentunya dengan gaya yang lebih Islami, bumbu-bumbu dalil, ramuan ushul fikih plus argumentasi yang runtut.

Terutama mereka yang berada dalam jajaran Islam liberal. Untuk menghalalkan segala hal, mengkampanyekan budaya serba boleh dan ‘anti haram’, banyak ungkapan nyleneh yang dikuatkan dalil-dalil. Seperti pernyataan ‘Fikih islam tidak cukup untuk memahami seni’, atau ‘akal adalah rasul Allah di muka bumi’ atau menggunakan kebebasan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Namun yang dituju hanya satu ‘tidak ada yang haram’, karena menurut mereka keharaman itupun juga relatif, tinggal dari sisi mana orang melihat.

Al-Qur’an Sesuai di Setiap Waktu dan Tempat


"Kalimatul haq uriida biha al-bathil’, pernyataan yang benar namun dipakai untuk maksud yang bathil. Ungkapan ini sepertinya pas ditujukan untuk orang-orang Islam Liberal yang memiliki ‘track record’ menghalalkan yang sudah jelas haram dengan dalih Al-Qur’an sanggup menjawab persoalan di setiap zaman, atau Islam bisa sesuai dengan kondisi kapanpun.

Ungkapan ini benar, namun tuan-tuannya penganut JIL terbalik dalam terapannya. Mereka merubah alat ukur sebagai yang diukur, sedangkan yang mestinya diukur malah dijadikan alat ukur. Mereka justru memaksa Al-Qur’an untuk membolehkan sesuatu yang haram karena sudah terlanjur mengakar dan mengkondisi di masyarakat. Seakan mereka berkata ‘karena zaman sudah seperti ini, maka ini dan itu diperbolehkan’. Dalilnya? Islam cocok untuk setiap kondisi dan zaman, katanya.

Padahal posisi yang tepat untuk ungkapan tersebut adalah bahwa dalam kondisi apapun syari’at Islam secara komprehensip sesuai untuk diterapkan. Umat akan baik selagi mereka mau mengambil petunjuk darinya dalam setiap perkataan dan perbuatan. Inilah maksud hadits Nabi:

"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama, selagi berpe-gang dengan keduanya, yakni kitabullah dan sunnah Nabi-Nya." (HR Malik)

Ilmu yang Sebenarnya


Gaya bicara dan retorika berargumen jubir pemuja hawa nafsu memang membuat kita silau. Terkesan cerdas, logis dan ilmiah. Apalagi jika dalil Al-Qur’an sesekali menjadai alat legitimasi dari pendapatnya, gelaran cendikiawan muslim serta merta melekat di jidatnya. Fenomena ini telah digambarkan juga oleh Ibnu Mas’ud sekaligus solusi untuk menghadapinya. Beliau katakan: "Sesungguhnya kalian nanti akan mendapatkan suatu kaum yang mengaku menyeru kalian kepada Kitabullah padahal sesungguhnya mereka membuang Al-Qur’an di belakang punggung mereka, maka hendaknya kalian berpegang kepada ilmu…dan hendaknya kalian mengikuti para salaf (sahabat hingga tabi’ut tabi’in)."

Dengan ilmu, kita mengenali kecurangan orang yang hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai alat legitimasi untuk melegalkan hawa nafsu sebagaiman kita mengenali kebenaran. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ‘ulumus syar’i al-muruts ‘anin Nabi’, ilmu syar’i yang diwariskan oleh Nabi saw. Sedangkan yang paling paham tentangnya adalah para sahabat Nabi, kemudian tabi’in, kemudian tabi’ut tabi’in dan ulama-ulama berikutnya yang setia dengan jalan yang telah ditempuh oleh mereka. Iniah jalan selamat dari tipu daya para ‘jurkam’ hawa nafsu, wallahul musta’an

Muslim Menjawab tuduhan Ali Sina (6)


Ali Sina Menulis

Orang2 yang menghormati diri mereka dan tahu bahwa diri mereka berharga dan terhormat, tidak melakukan kejahatan. Mereka tidak menyakiti orang lain. Kau bisa mengukur kebaikan orang2 dari rasa hormat diri mereka. Semakin tinggi rasa hormat diri, semakin baik pula manusia itu dengan ciri lebih menyayangi, lebih suka menolong dan lebih dapat dipercaya. Rasa hormat pada diri sendiri yang rendah mengakibatkan orang lebih licik, lebih kejam dan lebih mementingkan diri sendiri.

Inilah sebabnya mengapa para Muslim bisa jadi begitu jahat. Mereka tidak punya rasa hormat pada diri sendiri. Mereka kejam dan gampang meledak di luar, padahal itu hanyalah untuk menutupi rasa tidak tenteram dan tiadanya rasa percaya terhadap diri sendiri.

Para Muslim suka menindas. Hasil2 penyelidikan menunjukkan bukti yang sangat kuat bahwa orang yang suka menindas biasanya punya rasa harga diri yang tinggi yang tidak wajar. Tapi sebenarnya tidak ada hal yang dinamakan harga diri yang tinggi. Yang ada hanyalah kesombongan, mementingkan diri sendiri dan kemegahan yang kosong belaka. Ini adalah sisi lain dari rendahnya harga diri. Orang2 yang tak berharga diri mengenakan topeng2 mereka untuk menyembunyikan diri mereka yang kecil dan hina.

Muhammad memimpin para pengikutnya untuk menyangkal rasa hormat pada diri sendiri. Mereka dibuat percaya bahwa tanpa Islam mereka bukanlah apa2. Mereka bahwa dibuat membenci budaya dan tradisi kakek moyang mereka. Muhammad yang narsisis harus menghancurkan jati diri pengikutnya agar mereka bergantung sepenuhnya pada dirinya.


Muslim 'Kristentelahkalah" Menjawab :

Anda berkata,
“Muhammad memimpin para pengikutnya untuk menyangkal rasa hormat pada diri sendiri…”.

Coba jelaskan, mengapa hanya islam yang dapat mempersembahkan jaman keemasan selama 10 abad, sementara bangsa lain di belahan dunia yang lain masih terpuruk dalam kegelapan dan praktek sihir menyihir dan pelembagaan perbudakan atas nama gereja dan institusi Negara?

Coba jelaskan mengapa hanya islam yang menjadi pelopor atas pelembagaan keilmuan yang salah satu karyanya adalah menerjemahkan karya karya filsuf yunani dan membuat interpretasi interpretasi ilmiah yang mencengangkan – sementara bangsa non islam di belahan dunia yang lain justru menganggap ilmu pengetahuan adalah sihir dan pekerjaan setan sehingga lembaga kepausan membakar hidup hidup Galileo galilei karena ia berkata bumi berputar mengitari matahari – dan markoni dari Italia yang diusir oleh gereja dan lari ke inggris hanya karena orang ini menemukan sinyal radio yang amat bermanfaat bagi dunia?

Apa yang terjadi sehingga Galileo dan markoni dituduh sebagai pelaku pekerjaan setan adalah keyakinan bahwa setiap manusia tidak mempunyai harga diri sehingga semua karya mereka pantas untuk disingkirkan. Islam di lain pihak, memberi manusia harga diri sehingga mereka layak untuk menuntut ilmu dan semua karya mereka layak untuk dihormati. Renungkan, islam mengajarkan,

Akan putus pahala anak adam ketika ia wafat, kecuali atas tiga hal:
1. ilmu yang berguna,
2. amal jariyah
3. anak saleh yang selalu mendoakannya.

Ilmu yang berguna:
Artinya setiap pribadi dalam islam harus menuntut ilmu. Setelah ia menguasai ilmu itu, hendaknya ia mengajarkannya kepada orang lain, dan membuat PENEMUAN YANG BERGUNA untuk orang lain.

Penemuan yang berguna:
Orang berilmu yang menemukan penemuan baru yang berguna; ia akan mendapatkan dua sumber pahala dari:
1. penemuan itu sendiri karena bermanfaat bagi orang lain.
2. orang lain yang menggunakan penemuan nya, akan menjadi pahala bagi si penemu.

Dari hal ini, betapa islam mengajarkan bahwa setiap jiwa dan pribadi dalam islam mempunyai harga dan nilai, terkhusus lagi jika ia berilmu. Bagaimana dengan agama Kristen dan atheisme? Apakah anda sudah memahami islam secara keseluruhan?

Coba bandingkan dengan apa yang terjadi atas Galileo dan Markoni. Agama mana yang tidak mengajarkan harga diri kepada manusia??

Ali Sina Menulis :

Para Muslim tidaklah bodoh. Mereka bisa melihat bahwa Islam adalah salah. Mereka tahu Islam bertentangan dengan kecerdasan manusia dan tidak masuk akal, tapi mereka begitu terjebak di dalamnya sehingga mereka tidak bisa meninggalkannya. Mereka memaksa diri mereka untuk percaya, karena tanpa itu, mereka bagaikan tersesat.

Seorang Muslim menulis surat kepadaku: “Sudah jelas bahwa beberapa ayat memang tampaknya biada. Tapi Setanlah yang membuat kita melihatnya seperti itu.” Ini menjelaskan tentang patologi Islam. Muslim melihat bahwa Islam itu salah, tapi mereka tidak bisa meninggalkannya. Mereka tidak bisa meninggalkannya karena mereka tidak punya yang lain untuk dipeluk erat2. Muhammad telah merampok identitas mereka dan menghancurkan jati diri mereka. Mereka harus memeluk Islam erat2, meskipun mereka sudah jelas melihat bahwa Islam itu salah karena Islamlah satu2nya yang mereka miliki. Bagi mereka Islam adalah satu2nya pegangan di samudra yang penuh ketidakpastian.

Mereka butuh diyakinkan terus-menerus dan mengulangi terus-menerus pada diri mereka sendiri bahwa “Islam itu agama yang indah” dan “Muhammad adalah manusia sempurna”. Mereka bahkan butuh orang lain untuk menyatakan hal yang sama. Mereka mengumpulkan komentar2 penuh pujian dari non-Muslim (terutama orang bule karena mereka menganggap bule lebih hebat dari mereka) dan bahwa melobi para politikus dan institusi negara untuk mengumumkan secara resmi pengakuan bahwa Islam adalah “agama yang hebat”. Bayangkan betapa rendahnya rasa percaya diri mereka.


Muslim "Kristentelahkalah" Menjawab :

Apa yang sebenarnya yang ingin anda katakan melalui paragraph - paragraph anda yang amat serampangan seperti itu?

Anda mulai mengutip perkataan seorang muslim lain,
“Sudah jelas bahwa beberapa ayat memang tampaknya biadab. Tapi Setanlah yang membuat kita melihatnya seperti itu”.

Sekarang dapatkah anda HANYA mendengarkan perkataan saya, setelah anda mendengarkan perkataan muslim bodoh ini? Mengapa anda HANYA MENGAMBIL muslim bodoh sebagai acuan anda, dan menolak intelektual muslim untuk menjadi referensi anda yang lain? Sebegitu redahkah kualitas cara berfikir anda sehingga anda hanya ingin mengacu kepada perkataan perkataan orang-orang / muslim-muslim bodoh, sementara orang-orang / muslim cerdas bertebaran di muka bumi ini?

Anda menulis dalam paragraph anda,
“Muslim melihat bahwa Islam itu salah, tapi mereka tidak bisa meninggalkannya. Mereka tidak bisa meninggalkannya…….. dst”.

Sebegitu banyak kata-kata yang dapat anda pelintir sesuka hati anda untuk memuaskan kebencian anda terhadap islam dan untuk dapat menipu orang banyak, tetap anda tidak mempunyai keberanian untuk membuka debat dalam hal teologi keislaman dengan kaum intelektual muslim karena anda benar-benar tahu bahwa anda memang akan kalah, bahwa anda pada akhirnya akan dihadapkan pada suatu agama yang amat kokoh dan agung. Anda hanyalah seorang nenek nenek cerewet yang hanya mempunyai kata kata aneh yang sebentar lagi nenek nenek itu akan mati karena umurnya. Kalau anda memang benar dengan penilaian anda maka mengapa anda tidak membuka debat ilmiah dalam hal teologi keislaman?

Faithfreedom-org yang anda asuh, hanya mempunyai kepentingan dalam tiga hal:
1. menyebarkan informasi yang negative tentang islam sambil anda MENYEMBUNYIKAN informasi yang positif tentang islam. Dengan begitu anda dapat menipu lebih banyak orang untuk anda paksakan penilaian mereka menjadi seperti penilaian anda.
2. menghindari debat teologi keagamaan dengan intelektual muslim karena anda yakin anda justru akan kalah secara memalukan. Kalau anda kalah, konsekwensinya anda harus masuk islam dan itu merupakan hal yang paling anda benci.
Faithfreedom-org hanya berisi sumpah serapah terhadap islam yang jauh dari nilai kebenaran filosifis dan hakiki. Hanya itu yang dapat anda jual untuk orang orang bodoh seperti anda sendiri.
3. meratakan persepsi palsu anda ke semua dunia bahwa kebenaran hakiki dalam suatu agama (dan itu hanya ada dalam islam, tidak ada dalam agama lain) dapat dikesampingkan demi slogan anti kekerasan. Anda mempunyai khayalan kosong bahwa APA YANG PALING DICARI ORANG adalah (agama yang) anti kekerasan dan orang tidak memperdulikan kebenaran yang hakiki walau pun terkadang kebenaran yang hakiki itu mungkin hidup di dalam suatu kekerasan. Anda merasa yakin bahwa semua orang di dunia ini AKAN DAPAT BERTAHAN dalam kepalsuan (yang padanya tidak ada kekerasan), dan meninggalkan kekerasan walau padanya terdapat kebenaran yang hakiki.


Ali Sina Menulis

Selain itu ada rasa takut – takut akan Neraka dan hukuman kubur yang telah dimasukkan ke dalam pikiran mereka sejak kecil. Rasa takut ini melumpuhkan daya pikir mereka. Mereka cepat2 menyingkirkan segala keraguan yang hinggap dalam benaknya.


Muslim "kristentelahkalah" menjawab :

Bagaimana dengan agama lain? Apakah agama-agama lain di dunia ini tidak mengancam umat masing masing dengan keganasan api neraka sebagai hukuman jika tidak mentaati perintah suci? 


Muslim Menjawab tuduhan Ali Sina (5)


Ali Sina Menulis :

Tapi kau tidak dapat mengritik Islam. Jika kau usik pasir di bawahnya, seluruh bangunan akan runtuh. Muslim sadar akan hal ini. Mereka tahu bahwa Islam tidak tahan kritik dan sangatlah rapuh. Karena itulah mereka jadi bersikap begitu protektif (melindungi) Islam. Inilah sebabnya mereka begitu histeris ketika beberapa muncul beberapa kartun yang menggambarkan Muhammad. Inilah mereka bunuh Theo Van Gogh dan mengancam siapapun yang berusaha menyingkirkan pasir2 kebohongan di mana Islam berdiri.

Agama2 lain bersifat plastis (elastis, flexible). Mereka bagaikan pohon yang hidup. Kau dapat memangkasnya dan membentuknya dan agama2 ini akan tampak lebih baik. Tapi Islam tidaklah begitu. Islam itu mati, tidak dapat diubah, bagaikan sebuah fosil. Jika kau sentuh, maka akan hancur.Kau tidak dapat menghilangkan satu hal dari Islam tanpa menghancurkan seluruhnya. Islam bagaikan istana kartu. Hilangkan saja satu kebohongan dan seluruhnya akan runtuh dengan sendirinya.


Muslim "kristentelahkalah" Menjawab

ya memang benar agama agama lain bersifat plastis, flexible, itu benar. Dan memang benar Islam itu tidak elastis. Anda sangat benar. Saya adalah orang pertama yang melihatnya demikian, jauh sebelum Anda melihatnya.

Agama lain dapat diubah ubah sekehendak manusia. Apakah Anda berfikir bahwa apa pun yang merupakan ciptaan Tuhan dapat diubah ubah semaunya oleh manusia yang tidak mengerti apa apa tentang penciptaan? Apakah Anda berfikir bahwa seharusnya manusia dan Tuhan sama pintar dan hebatnya sehingga manusia mana pun mempunyai wewenang dan kompetensi yang sama untuk mengubah agama? Kalau memang manusia sama pintar dan kompetensinya dengan Tuhan maka mengapa manusia manusia itu tidak menciptakan agama agama dunia sejak awal? Sedih sekali bahwa Anda tidak percaya kepada Tuhan. Dan sedih sekali bahwa Anda tidak percaya akan kemahaan Tuhan di atas segala manusia bahkan Anda.

Agama lain dapat diubah, itu artinya manusia - manusia yang mengubahnya tidak percaya bahwa agama mereka adalah yang terbaik, dan di lain pihak itu menAndakan bahwa manusia mulai meragukan akan keberadaan dan pekerjaan Tuhan. Memang itulah tujuan Anda, supaya semua manusia mulai meragukan keagungan Tuhan hingga nanti pada akhirnya semua manusia mengikuti jejak Anda untuk menjadi atheis. Tolong yakinkan saya bahwa Anda sedang tidak melancarkan program Anda untuk pemusnahan Tuhan dan agama secara global. Anda tidak akan bisa dan saya tidak akan bisa diyakinkan.

Tujuan anda untuk memberangus tuhan dan agamaNya dari muka bumi ini dan untuk meratakan atheisme di muka bumi ini, tampak jelas dari bagaimana anda menyikapi kasus Theo Van Gogh versus kaum muslim (dan juga kasus lainnya). Renungi paragraph saya berikut ini.

Theo Van Gogh membuat karya yang menghina islam dan menghina semua kaum muslim, kemudian kaum muslim bangkit amarahnya dan melakukan perlawanan. Dan tiba tiba anda menilai kenyataan itu sebagai tanda bahwa kaum muslim histeris jika agama mereka dihina dan dikritik habis habisan.

Kalau kita lihat, tuhan dalam agama lain sering menjadi bahan permainan dan penghinaan oleh pribadi pribadi yang tidak bertanggung jawab. Kemudian umat dari agama tersebut tidak menunjukkan kemarahan dan kekecewaan berkenaan dengan penghinaan yang ditujukan kepada tuhan tuhan mereka. Dan anda menilai hal itu sebagai tanda bahwa mereka dan agama mereka adalah elastis dan fleksible.

Ada perbedaan besar antara islam dengan umatnya di satu pihak, dan agama lain beserta umatnya masing-masing, di laih pihak. Agama lain beserta umatnya tidak akan marah jika kesucian agama mereka dinodai. Yang terjadi sebenarnya adalah bahwa ketidakmarahan mereka atas penghinaan itu dikarenakan mereka mulai bergerak ke arah nihilisme tuhan: tuhan bagi mereka hanyalah isapan jempol belaka, hanya figure aneh dan kerangka dongeng yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan nasib hidup mereka.

Sementara kaum muslim akan marah jika kesucian agama mereka dinodai. Kemarahan mereka muncul karena mereka tetap bergerak ke arah eksistensialisme tuhan (kontra nihilisme tuhan). Muslim tetap menganggap bahwa tuhan mereka tetap ada (eksistensialis), bukan hanya isapan jempol dan mempunyai kaitan langsung dengan nasib kehidupan yang ada di muka bumi.

Dan kini anda memilih untuk mendukung kaum umat agama lain (bukan islam) yang bergerak ke arah nihilisme tuhan (yang tidak marah jika kesucian agama mereka dihina), karena hal itu memang amat sesuai dengan tujuan anda yaitu nihilisme tuhan, pentiadaan tuhan untuk selama lamanya…. Sudah saya katakan sejak awal bahwa anda adalah iblis.

Ali Sina Menulis :
Kau mungkin bertanya: “jika Muslim tahu bahwa Islam adalah kebohongan belaka, mengapa mereka membelanya?” Ini pertanyaan yang bagus. Jawabnya adalah hanya kebohongan itulah yang mereka miliki satu2nya. Mereka harus memeluknya erat2 dan percaya padanya meskipun sudah jelas bahwa Muhammad adalah orang yang jahat dan semua yang dikatakannya bohong belaka. Kebohongan ini adalah satu2nya pegangan mereka.

Muhammad adalah seorang psikopat. Seorang psikopat ingin menguasai jiwa orang lain. Yang pertama-tama dia lakukan adalah menghancurkan jati diri korban2nya. Karena jasa Islam, para Muslim tidak punya harga diri, tidak punya rasa percaya diri, tidak punya kehormatan diri. Orang2 seperti ini seringkali sangat berbahaya. Tiadanya rasa hormat pada diri adalah sebab dari semua kejahatan.



Muslim "Kristentelahkalah" Menjawab :

Sebenarnya siapa yang psikopat?
Anda yang sejak awal faham bahwa manusia butuh agama justru menolak untuk mengakui adanya Tuhan. Siapa yang psikopat?

Anda yang berteriak teriak menjelek jelekkan Islam dan berusaha untuk menceritakan kejelekan kejelekan Islam ke semua orang, justru mengabaikan hak azasi semua manusia untuk mendapatkan informasi yang utuh dan representative, dan kemudian memaksakan penilaian Anda terhadap Islam kepada semua orang. Siapa yang psikopat?

Kalau Anda tidak psikopat, seharusnya Anda telah memilih salah satu agama dan mencintai agama itu sepenuh hati – karena Anda yakin bahwa semua manusia butuh agama.

Kalau Anda tidak psikopat, seharusnya Anda menyajikan informasi yang seimbang antara yang negative dan positif tentang Islam ke semua orang tanpa menutup nutupi bagian bagian yang mana pun, kemudian membiarkan semua orang membuat penilaian mereka masing-masing secara bebas tanpa ada intervensi dari pihak Anda – karena Anda yakin bahwa semua orang berhak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan Anda yakin bahwa penilaian orang tidak dapat dipaksakan.

Susahkah hal itu untuk Anda fahami, wahai ali sina yang cerdas????

Barusan anda berkata,
“Muhammad adalah seorang psikopat. Seorang psikopat ingin menguasai jiwa orang lain”.

Bukankah anda sendiri yang ingin menguasai jiwa semua orang dengan cara memaksakan penilaian anda terhadap orang lain dengan mengabaikan hak hak mereka untuk bebas menentukan penilaian mereka sendiri? Cara anda yang hanya menjelaskan sisi keras dari islam kepada semua orang dan menyembunyikan sisi positif islam dari orang lain, benar benar menjelaskan bahwa anda memang ingin menguasai jiwa orang lain - tanpa mereka bisa sadari sedikit pun. Beginikah cara anda menyongsong hari kematian anda sendiri yang memang pasti akan datang menemui anda?

Begitu banyak artikel di internet yang dapat diakses secara bebas yang mengisahkan keagungan islam, dan anda tetap tidak ingin orang orang mengetahui keberadaan artikel artikel tersebut. Siapa yang psikopat??

bersambung 

Muslim Menjawab tuduhan Ali Sina (4)


ALi Sina Menulis :

Kita tidak dapat meniadakan agama. Pada umumnya manusia butuh untuk percaya pada hal yang supernatural. Manusia perlu diyakinkan bahwa nasibnya tidak hanya berakhir di dunia ini dan bahwa dia nantinya akan bergabung kembali dengan orang2 yang dikasihinya. Pikiran bahwa nantinya setelah mati manusia lenyap ke alam hampa tidaklah menyenangkan. Tahun lalu ditemukan sisa2 manusia yang berusia 10.000 tahun. Di sebelahnya terdapat kuburan kucingnya. Ini menunjukkan bahwa kucing bukan hanya kawan manusia yang setia untuk jangka waktu yang lama, tapi juga menunjukkan bahwa kita sebagai manusia percaya ada kehidupan setelah mati. Manusia mampu untuk berpikir dan membuat konsep pemikiran. Orang ini tentunya memerintahkan agar kucingnya yang malang dikubur dengannya sehingga dia tidak kesepian di dunia selanjutnya.

Aku percaya agama2 akan terus ada berabad-abad atau beribu tahun seterusnya. Mungkin agama2 ini akan berubah dan beradaptasi sesuai perubahan waktu. Tapi lain halnya dengan Islam. Islam bukanlah agama tapi adalah gerakan politik dalam selubung agama. Islam menjanjikan kehidupan di alam baka untuk membujuk para pengikutnya mengobarkan perang, membunuh dan dibunuh dengan suka hati dan untuk mengembangkan ambisi megalomaniak pemimpinnya yang sinting. Adalah mudah untuk mengalahkan Islam. Yang perlu kita lakukan hanyalah memberitahu tentang kebenaran. Yang perlu kita lakukan adalah memperlihatkan fondasinya, menyingkirkan pasir2 yang menutupi di bawahnya dan dengan sendirinya Islam nantinya akan runtuh. Kristen dan agama2 lain berakar dari kebajikan. Fondasi agama2 ini kokoh. Tapi Islam tidak punya fondasi seperti itu. Fondasinya hanyalah kebohongan semata dan kejahatan yang murni.

Muslim mengetahui bahwa Islam akan runtuh jika dibuka kebusukannya. Di alam bawah sadarnya, Muslim tahu bahwa Islam adalah bohong melulu dan tidak dapat dipertahankan secara logika. Inilah sebabnya jika kau mengritik Islam, para Muslim jadi panik. Kau dapat mengritik agama2 lain, tapi yang bisa kau lakukan hanyalah menghancurkan ketakhayulan dan kekeliruannya. Fondasi dari agama2 ini tetap kokoh. Bahkan sebaliknya, agama2 ini malah berkembang lebih baik dengan adanya kritik2 tsb dan meninggalkan prinsip2 yang tadinya keliru. Agama2 ini beradaptasi sesuai dengan perubahan jaman. Praktek2 jahat Sati dalam Hinduisme, perajaman dalam Yudaisme dan penyelidikan dalam Kristen merupakan hal2 yang terjadi di masa lalu saja.


Muslim "Kristentelahkalah' menjawab

Tidak ada yang penting dalam paragraph ini. Yang ada hanyalah perkataan seorang atheis yang tidak mengerti tentang Islam yang dinyatakan secara subjektif. Di luar sana, masih banyak atheis yang menghormati Islam. Maka apakah keistimewaan dari Ali sina ini? Anda bukanlah seorang ilmuwan, bukanlah seorang peneliti, bukan juga seorang paus roma.

Anda pun menulis,
“Manusia perlu diyakinkan bahwa nasibnya tidak hanya berakhir di dunia ini dan bahwa dia nantinya akan bergabung kembali dengan orang2 yang dikasihinya.”.

Pada paragraph ini Anda mengakui bahwa manusia butuh agama. Sementara di pihak lain Anda menolak agama dan menolak mengakui adanya Tuhan dengan cara menjadi seorang atheis alias anti Tuhan. Bukankah ada kontradiksi cara berfikir yang amat konyol dalam paragraph ini? Bagaimana Anda bisa hidup dan berfikir secara benar sementara kontradiksi pemikiran masih memenuhi otak Anda? Dan sekarang tiba tiba Anda menghujat Islam melalui cara Anda berfikir. Tidak kah Anda mempunyai malu sedikit pun? Mengurus diri dan cara berfikir Anda sendiri saja Anda tidak mampu. Nah sekarang Anda menghujat Islam seolah Anda tahu segala galanya di dunia ini?

****
Anda berkata, …..”membunuh dan dibunuh dengan suka hati dan untuk mengembangkan ambisi megalomaniak pemimpinnya (yaitu Muhammad) yang sinting”.

Coba Anda renungkan. Jesus mengajarkan kasih sayang sementara ia mengutuk dan mengecam serta memaksakan kehendaknya atas kota betsaida chorazin dan kapernaum hanya karena kota kota itu menolak ajakannya untuk menjadi orang Kristen. Tiba tiba dikatakan kepada kita bahwa jesus mengajarkan cinta kasih dan pemaafan.

jesus menolak untuk mendoakan keselamatan (pemaafan) untuk kota kota tirus Sodom dan sidon padahal sebenarnya sebagai anak tuhan semestinya jesus bisa dan bersedia (Mat 11:22, Mat 11:24).

Jesus mengajarkan bahwa hanya orang yang bersih dari dosa yang dapat menjadi algojo.

Di laih pihak, Muhammad dalam Islam mengajarkan bahwa semua orang akan menanggung akibat dari perbuatan sendiri, dan pemaafan atas dirinya tergantung dari usahanya sendiri. Muhammad mengajarkan bahwa keberadaan algojo amat mutlak dan mustahil ada individu yang bersih dari dosa sehingga hanya dia yang layak untuk dijadikan algojo. Muhammad mengajarkan bahwa tidak memberi maaf adalah dapat dimengerti oleh tuhan dan menuntut balas mendapat restu dari tuhan selama pembalasan itu setimpal, hal mana itu melAndasi eksistensi pengadilan di semua Negara.
Sekarang bisakah Anda menjelaskan, siapa sebenarnya yang sinting, Muhammad atau jesus?.

Paragraph Anda ini hanya menyatakan bahwa Islam identik dengan kekerasan dan kebencian. Di bagian atas tulisan saya, sudah saya kemukakan betapa Muhammad adalah nabi yang amat human friendly. Kesalahan ada pada pihak Anda. Dan itu sangat jelas. Orang bodoh sekali pun akan segera dapat mengetahui bahwa Anda mempunyai kekacauan dalam cara berfikir. Satu pihak Anda mengakui bahwa manusia butuh agama, sementara di pihak lain Anda menentang keberadaan Tuhan. Memalukan.

Di satu pihak Anda menyatakan bahwa Anda adalah atheis. Namun di pihak lain, Anda mengakui bahwa manusia butuh agama, melalui paragraph Anda tentang kuburan kucing. Mengapa Anda begitu sulit untuk diri Anda sendiri untuk dapat diuraikan? apakah pendirian Anda yang membenci Islam itu pantas untuk didengar, sementara Anda sendiri tidak dapat mengatasi permasalahan Anda sendiri?

Sudah berabad abad lamanya orang asing berkata bahwa kelak Islam akan musnah di muka bumi ini. Kenyataannya Islam masih bertahan ribuan tahun sejak orang asing itu mengatakan hal tersebut. Anda pun berkata, “adalah mudah untuk mengalahkan Islam”.
Apakah Anda punya bukti? Sudah ribuan orang sejak jaman dahulu kala selalu menyatakan bahwa adalah mudah untuk mengalahkan Islam. Namun kenyataannya Islam masih eksis hingga kini dengan begitu banyak pengikut. Mustahil Anda benar dengan keyakinan Anda tersebut. Mengapa Anda berfikir bahwa Anda adalah satu satunya orang yang berfikir demikian?

Anda menganjurkan untuk memperlihatkan fondasi (kekejian) Islam ke orang asing sehingga dengan demikian Islam akan runtuh pada akhirnya. Kebalikannya, semakin banyak orang yang mengetahui fondasi Islam, maka akan semakin banyak orang yang tertarik kepada Islam. Anda meleset. Perbuatlah oleh Anda dan teman teman Anda untuk memperlihatkan fondasi (kekejian) Islam ke lebih banyak orang asing, maka tanpa Anda sadari Anda telah membantu penyebaran Islam. Hal ini memang sudah terbukti. Tahukah Anda mengapa di muka bumi ini masih banyak non Muslim? Bukan karena mereka menolak Islam secara sadar, namun karena mereka belum berkenalan langsung dengan Islam. Kalau mereka sudah berkenalan langsung dengan Islam pastilah akan lebih banyak individu yang memeluk Islam. Anda lupa?

Cobalah Anda perbuat dengan teman teman Anda untuk menyebarkan fondasi Islam yang jahat dan keji ke lebih banyak orang – dengan tujuan untuk memusnahkan Islam. Selama Anda melakukannya hanya dengan menjelaskan bagian Islam yang Anda benci seperti menjelek jelekkan Islam, Anda hanya akan terlihat seperti orang sakit dan ketakutan akan kebesaran Islam. Satu hal yang belum Anda ketahui, Anda adalah orang yang kelewat panic dengan kenyataan bahwa Islam adalah satu satunya agama yang paling menentang atheisme. Anda menyatakannya secara terbalik.

Anda sekarang focus pada kegiatan untuk menyebarkan kejelekan kejelekan Islam ke lebih banyak orang dengan target bahwa kelak nanti semua orang akan membenci Islam dan pada akhirnya Islam akan musnah. Bukan kah itu berarti Anda sedang menipu banyak orang dengan tujuan supaya seluruh dunia menuruti kehendak Anda untuk meninggalkan Islam dan menciptakan dunia atheis yang jaya? Mengapa Anda tidak putuskan untuk menjelaskan kejelekan Islam kepada semua orang YANG DIBARENGI DENGAN menjelaskan keagungan Islam kepada mereka, dengan dilAndasi pemikiran bahwa semua orang (siapa pun dia, termasuk Anda dan saya) BERHAK untuk mendapatkan informasi yang utuh dan representative? Hak atas informasi yang utuh dan representative adalah hak azasi manusia, siapa pun tidak boleh melanggarnya. Anda lupa?

eharusnya yang Anda lakukan adalah, Anda menyajikan informasi yang negative tentang Islam kepada semua orang, sambil Anda menambahkan informasi yang positif tentang Islam SECARA UTUH, kemudian Anda mengijinkan semua orang tersebut untuk memutuskan penilaian mereka sendiri tentang Islam tanpa ada unsur paksaan dan campur tangan dari pihak Anda.

Kalau Anda mempunyai jiwa yang sehat tentunya Anda akan malu terhadap diri Anda sendiri. Ketika Anda menyebarkan kejelekan Islam TANPA MENJELASKAN ISLAM SECARA KESELURUHAN, berarti yang terjadi sebenarnya adalah Anda yang menipu orang banyak, bukan Islam yang menipu Anda dan orang banyak. Sadarkah Anda akan hal itu? Mengapa Anda ingin memaksakan penilaian Anda untuk dijadikan satu satunya hal penting bagi orang lain? Apakah orang lain tidak berhak untuk menilai segala sesuatu?

Anda selalu menolak untuk berdebat dengan pihak Muslim mengenai hal hal teologis keagamaan. Dan Anda hanya berani untuk menampilkan sisi keras dari Islam. Anda tahu kalau Anda berdebat dengan individu Muslim mengenai teologi Islam, pasti Anda akan kalah. Dan tidak ada yang dapat Anda lakukan kecuali

1. menghindari berdebat teologi keIslaman karena Anda pasti akan kalah, dan kebalikannya akan terbukti bahwa Islam berisi kebenaran yag kokoh, suatu hal yang paling Anda benci secara psikopat dan tidak waras.
2. membuat artikel sebanyak mungkin untuk menginformasikan kepada lebih banyak orang tentang kekerasan dalam Islam
3. mengupayakan segala cara untuk memaksakan penilaian Anda yang negative kepada orang lain.

Anda benar benar sakit.

Ingin saya tegaskan, bahwa Anda lah yang mempunyai masalah. Bukan Islam.

@Muslim mengetahui bahwa Islam akan runtuh jika dibuka kebusukannya -> Suatu saat Anda akan malu bahwa Anda pernah mengatakan hal ini. Percayalah, pada hari kematian Anda, beberapa menit sebelum Anda wafat, Anda akan melihat bahwa Islam masih eksis di muka bumi ini. Itu hanya akan membuat kematian Anda lebih sakit dan berat. Anda tinggal menunggu waktu saja kapan datangnya kematian Anda yang menyakitkan tersebut. Tiga tahun lagi? 7 tahun lagi? Tiga belas tahun lagi? Berapa pun waktu yang Anda butuhkan untuk mati, Islam masih akan berada di sana untuk membuat kematian Anda lebih menyeramkan. Kecuali Anda bertobat dan menyerahkan diri Anda kepada Allah. Tidak ada pilihan lain.
Atau mungkin Anda akan berdalih, bahwa kemusnahan Islam pasti akan terjadi walau Anda sudah wafat. Saya akan berkata, apa yang terjadi sesudah Anda wafat, bukan urusan Anda. Urus saja hidup Anda yang menyedihkan itu. Tidak bisakah Anda berfikir secara lebih sehat dan wajar?

Apa alasan saya menyatakan hal seperti ini dan begitu percaya dengan pernyataan saya ini? Tidak lain karena bukti sudah banyak yang bertebaran di muka bumi ini. Sudah begitu banyak manusia yang menyumpahi pemusnahan Islam. Menyedihkan, pada hari mereka wafat, Islam masih berada di belahan bumi mana pun tanpa bisa digoyahkan sama sekali. Kematian mereka menjadi lebih berat dan menyiksa. Dengan kenyataan itu, Anda akan menjadi yang kesekian.

@Di alam bawah sadarnya, Muslim tahu bahwa Islam adalah bohong melulu dan tidak dapat dipertahankan secara logika -> apakah Anda hidup dan tidur selama berabad abad di sisi seorang Muslim? Dari mana Anda tahun bahwa Muslim tahu bahwa Islam adalah kebohongan. Siapa yang ingin Anda tipu melalui artikel Anda? Apakah orang lain adalah anak kecil sehingga dengan mudahnya Anda tipu?

Pun, katakanlah Anda bersedia untuk hidup dan tidur di sisi seorang Muslim selama bertahun tahun untuk DAPAT MENGETAHUI betapa jahatnya Islam. Yang terjadi justru Anda akan tertarik kepada Islam dan masuk islam dan mulai menulis tentang keagungan islam. Anda tidak pernah mencoba. Artinya Anda memang tidak tahu apa apa….. Anda adalah orang bodoh.

@Itulah sebabnya jika kau mengritik Islam, para Muslim jadi panic -> apakah melalui “kepanikan” Muslim itu berarti bahwa Muslim sadar bahwa Islam adalah kebohongan? Mengapa Anda mengambil kesimpulan dari suatu keadaan secara amat aneh? Inikah yang dinamakan peneliti? Inikah yang dinamakan ilmuwan?

Anda berkata, fondasi dari agama agama itu (selain Islam) tetap kokoh. Saya ingin kejelasan, agama yang mana? Hindu? Buddha? Kristen? Konghucu? Apa alasan Anda menyatakan bahwa kesemua agama itu mempunyai fondasi yang kokoh? Semakin Anda berkata, semakin terlihat bahwa Anda tidak tahu tentang agama agama dunia.

Apakah yang Anda maksud dengan fondasi agama yang kokoh? Apakah maksudnya adalah bahwa kesemua agama itu memang berasal dari Tuhan? Apakah kesemua agama itu mengajarkan kesehatan yang hakiki, kesetaraan umat manusia yang hakiki, dan mengajarkan manusia untuk keluar dari kebodohan secara hakiki? Apakah Anda ingin menyatakan kepada saya bahwa kesemua agama itu pernah memimpin peradaban dunia selama 10 abad dengan kegemilangan yang luar biasa – seperti yang pernah ditunjukkan Islam pada abad pertengahan?

Kalau Anda berkata bahwa kesemua agama (selain Islam) itu mempunyai fondasi yang kokoh karena benar benar berasal dari Tuhan, maka mengapa Anda justru memilih menjadi atheis? Sejak pertama Islam menginspirasikan umat manusia untuk menghormati kaum wanita sementara semua agama lainnya menganggap wanita sebagai harta warisan. Sejak pertama Islam mengilhami dunia untuk menghormati ilmu pengetahuan ketika umat lain menganggap ilmu pengetahuan sebagai pekerjaan setan. Sejak awal abad Islam mengilhami manusia untuk tidak menyembah patung sementara umat agama lain justru malah asyik menyembah patung. Sejak dahulu semua agama gemar menghukum mati penjahat dengan cara dibakar hidup hidup.

Muhammad bersabda, “mengazab / menghukum dengan api hanyalah hak atas Allah (yaitu neraka)”.

Sejak pertama Islam melarang praktek demikian. Sejak pertama Islam menginspirasikan dunia untuk membebaskan para budak:

Muhammad berkata, “memerdekakan budak adalah JIHAD”.

…… namun justru semua agama melestarikan budak. Sejak saat pertama Islam lah yang memerintahkan kesetaraan di atas semua individu:

Muhammad berkata, “umatku itu bagaikan gigi pada sisir, sama rata dan sama tinggi”.

……. sementara agama lain mengajarkan kasta yang keji.

Sekarang, apa alasan Anda menyatakan bahwa agama agama itu mempunyai fondasi yang kokoh, dan Islam tidak? Apakah agama yang kokoh (atau Tuhan yang kokoh), adalah Tuhan yang tidak memerintahkan umat manusia untuk menghormati ilmu pendidikan, tidak menghormati kaum wanita? Apakah Tuhan yang baik, agama dengan fondasi yang kokoh adalah Tuhan / agama yang memerintahkan umat manusia untuk selalu menyembah banyak patung dan tidak mengajarkan kesetaraan manusia? Berjudi? Mabuk mabukan? Hubungan sex bebas…?

Kesemua agama itu membuat umat manusia menjadi mandeg dan tertinggal dalam kebodohan. Sementara Islam telah sampai pada masa keemasannya, dan membawa manusia keluar dari kegelapan menuju terang benderang. Nenek moyang eropa masih tidur di dalam goa sementara kaum Muslim sudah tinggal di dalam istana yang tinggi. Tiba tiba Anda menyatakan bahwa fondasi kesemua agama selain Islam adalah kokoh?

Anda berkata, “Agama2 ini beradaptasi sesuai dengan perubahan jaman”.

Tiba tiba Anda menilai kemampuan suatu agama untuk beradaptasi dengan perubahan jaman sebagai sesuatu yang positif. Apakah ini salah satu misi Anda agar semua umat manusia memilih menjadi atheis karena faham fleksibilitas agama akan membuat manusia akhirnya merasa ragu akan kesakralan agama?

Anda atheis kan? Dan Anda membenci agama kan? Anda sedang mencuci otak banyak manusia untuk pelan pelan membenci agama kan?

Pernahkah Anda mempunyai ibu yang melahirkan dan membesarkan Anda? Bolehkah sekarang saya mengganti ibu Anda dengan wanita lain, dan mencampakkan ibu Anda itu ke tempat sampah? Pasti Anda akan marah. Anda akan berkata, “tidak bisa! Ibuku adalah yang terbaik dari semua orang!”.

Anda mempunyai istri kan?
Bolehkan sekarang saya mengganti istri Anda dengan onta emas, dan meminta supaya istri Anda itu dicampakkan saja ke tempat sampah?
Pasti Anda akan marah, dan Anda akan berkata, “tidak bisa! Istri saya adalah wanita terbaik yang pernah saya temui. Ia tidak dapat diganti dengan apa pun. Segala sesuatu yang terbaik pasti tidak akan diganti dengan apa pun…!”.

Dapatkah saya berargumentasi bahwa apa pun yang terbaik, dapat diganti dengan apa pun? Pasti Anda akan lebih marah lagi. Bisakah saya mengganti kepala Anda dengan emas seberat gunung?

Ali sina yang cerdas. Segala sesuatu yang terbaik pasti tidak dapat diganti dengan apa pun, tidak juga dengan perubahan. Hanya dengan alasan perubahan, maukah Anda mengganti ibu Anda dengan istana emas dan mencampakkan ibu Anda itu ke tempat sampah karena sudah ada penggantinya?

Agama, di satu pihak adalah yang terbaik. Itu tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, agama tidak dapat diganti, dan ajarannya pun tidak dapat diganti oleh perubahan jaman. Memang Anda fleksibel menghadapi perubahan jaman, tapi tetap Anda tidak bersedia untuk mengganti ibu Anda dengan hal mewah lainnya.

Memang agama lain dapat diganti dan dapat diubah karena perubahan jaman, hal mana itu mengakibatkan agama itu terlihat fleksibel dan kehilangan kesakralannya. Tapi justru itu berarti bahwa agama agama itu tidak ada harganya sama sekali. Berbeda dengan Islam. Apa pun yang ada dalam Islam tidak dapat diganti dengan apapun. Memang Islam dan Muslim tidak fleksibel menghadapi perubahan jaman, tapi itu justru menjadi pertAnda bahwa Islam adalah yang terbaik.

Saya mengetahui rencana jahat Anda sebagai seorang atheis. Semua yang ada dalam fikiran Anda adalah bagaimana cara membuat semua orang menjadi atheis. Hal pertama yang Anda garap adalah memberangus Islam dari muka bumi ini. Anda melihat bahwa dari semua agama yang ada di bumi ini, Islam adalah satu satunya agama yang paling keras perlawanannya terhadap atheisme. Oleh karena itu memusnahkan Islam adalah proyek Anda yang pertama. Caranya adalah dengan menjelek jelekkan Islam di depan orang Kristen dengan harapan semua orang Islam berpindah ke agama Kristen. Kelak, ketika Islam sudah musnah karena semua pengikutnya telah pindah ke Kristen, maka itulah saat giliran Anda untuk menjelek jelekkan agama Kristen. Anda akan tanamkan fikiran ke semua orang Kristen bahwa Kristen adalah agama palsu, agama setan dan agama kehancuran. Tujuan akhir Anda adalah nanti semua orang Kristen tidak percaya lagi kepada Tuhan. Akhirnya mereka menjadi atheis semua seperti Anda. Saya sudah tahu rencana busuk Anda.

Anda berkata, “Muslim mengetahui bahwa Islam akan runtuh jika dibuka kebusukannya”. Klaim seperti apa itu? Justru Muslim tahu bahwa di semua agama selain Islam terdapat begitu banyak kebusukan dan kepalsuan, kebodohan dan bidat yang membabi buta. Semakin Anda yakin akan klaim Anda yang bodoh itu, semakin orang merasa jelas akan kebodohan Anda. Saya tidak bisa menjauh dari keyakinan bahwa itu semua Anda nyatakan demi supaya semua agama pada akhirnya lenyap di muka bumi ini dan semua manusia memilih atheisme, karena Anda membenci Tuhan.

Anda berkata, “…..Kebanyakan agama2 lain seperti Hindu, Buddha, Yudaisme, Sikh, Zoroaster, Baha’i, dll mencampurkan hal2 yang baik dan jelek. Kau dapat membandingkannya sendiri satu sama lain. Banyak kotoran berserakan di sekitarnya, tapi di dalamnya terdapat batu2 permata dan logam2 mulia….”.

Ini adalah bukti dari usaha atheis Anda yang mati matian dan sungguh sungguh untuk meyakinkan semua umat manusia pada akirnya bahwa Tuhan dan agamaNya tidak ada.

Yang Anda lakukan adalah meyakinkan semua pemeluk agama agama itu (selain Islam) bahwa BENAR ATAU SESATNYA AGAMA adalah tidak penting, asalkan di dalamnya “terdapat batu batu permata dan logam mulia…”. Operasi Anda ini akan menggiring semua umat manusia untuk menilai bahwa ADA ATAU TIDAK ADANYA TUHAN dalam suatu agama TIDAKLAH PENTING, asalkan di dalamnya ada kebajikan, sementara kebajikan itu sifatnya subjektif dan relative bagi setiap individu yang berbeda. Inilah cara kerja Anda untuk membuat manusia tidak lagi mempercayai Tuhan. Ketika semua umat beragama mencari pembenaran akan keberadaan Tuhan mereka dalam agama mereka masing masing, Anda sudah mulai mengacaukan titik focus mereka ke arah nihilisme Tuhan secara besar besaran.
Anda memang iblis!

bersambung