Krisis kepercayaan terhadap kebenaran Islam
sebagai agama universal dan
paripurna tidak bisa dipungkiri telah
melanda banyak orang yang mengaku
beragama Islam. Ini terbukti dari gaya hidup
mereka yang dilihat secara lahiriyah
masih saja ada kesamaannya dengan
orang-orang non- Muslim.
Misalnya dalam penampilan; di samping tidak
berjanggut bagi laki laki, juga
pakaiannya isbal (menutupi mata kaki).
Sarung pun menjadi sesuatu yang asing,
terutama dalam acara-acara resmi. Meskipun
sarung bukan pakaian wajib dalam
Islam, tetapi mestinya pandangan kaum
Muslimin tidak sinis terhadap sarung
sebagai pakaian kantor.
Sementara kalau melihat kaum wanita di
jalan-jalan, sulit dibedakan antara
seorang Muslimah dan non Muslimah, sebab
rambut sama-sama terlihat, betis
sama-sama terbuka, sama-sama "menor" dalam
bersolek bahkan sama-sama
berpakaian ketat. Sanggulnya juga tanpa
"sungkan-sungkan" dibesarkan dengan
sambungan rambut cemara yang dilaknat dalam
Islam.
Memang sangat mungkin semua itu akibat
ketidaktahuan atau ketidak
pahaman. Namun ketidaktahuan itu adalah
akibat bahwa kebanyakan
*Disalin dari majalah As-Sunnah 12/III/1420H
hal. 21 - 27.
kaum Muslimin telah kehilangan kepercayan
terhadap Islam, sehingga mereka
cenderung mengabaikan
ajaran-ajarannya.
Mempela jari ilmu-ilmu Islam dianggap
sebagai ketinggalan jaman. Banyak
orang Islam, bahkan kalangan akademik yang
bila mempela jari ilmu-ilmu Islam
tanpa dicampur dengan teori-teori ilmu
Barat, beranggapan bahwa hal itu
suatu kemunduran. Tidak sesuai dengan
perkembangan jaman dan seterusnya.
Bukankah itu krisis kepercayaan terhadap
Islam?
Umumnya seseorang diketahui Muslim, baru
ketika dia melaksanakan shalat
atau ketika dia jak berbicara. Hanya dalam
beberapa kalangan atau kawasan saja
terdapat suatu kelompok sosial yang secara
lahiriyah tampak sebagai Muslim,
sebab mereka yang laki-laki berjanggut dan
yang wanita berjilbab, misalnya.
Tentu ini merupakan suatu
tantangan.
Tiada Yang Baik Dan Benar Selain
Islam
Orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, pasti mengimani dan meyakini
bahwa hanya Islam sa jalah agama yang
terbaik dan benar, sebagai pedoman
beribadah dan pedoman hidup di dunia. Sebab
ia meyakini bahwa segala yang
dikatakan Allah dan Rasul-Nya pasti benar
dan baik. Allah ber_rman:
Sesungguhnya agama (yang ada) di sisi Allah
adalah Islam. (Ali
Imran: 19)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir
dalam tafsirnya mengatakan bahwa
Ayat tersebut merupakan berita dari Allah
bahwa tidak ada agama
siapapun yang diterima di sisi-Nya, kecuali
Islam.
Sedangkan Islam ialah ittiba' (mengikuti) a
jaran Rasul-rasul Allah
yang diutus untuk tiap-tiap masa, sampai
akhirnya. ditutup dengan
(rasul terakhir-pen) Muhammad. Sehingga
semua jalan menuju Allah
list tertutup kecuali melalui jalan
Muhammad.
Karenanya, siapa yang menghadap Allah
(setelah diutusnya Nabi
Muhammad) dengan menggunakan agama yang
tidak berdasarkan
syari'at beliau, maka tidak akan diterima.
Seperti halnya Firman
Allah pada ayat yang lain.
Siapa yang mencari (menempuh) selain agama
Islam, maka
sekali-kali tidak akan diterima agama itu
darinya. (Ali
Imran: 85)
Demikian pula pada ayat di atas (Ali Imran:
19) Allah juga
memberitakan tentang pembatasan agama yang
diterima di sisi-Nya,
hanyalah Islam. 1
Dengan kata lain, bahwa selain Islam adalah
agama yang batil. Tidak akan
membawa kebaikan dunia dan tidak pula
akhirat. Sebab agama selain Islam,
tidak diakui dan tidak dibenarkan oleh Allah
sebagai pedoman, baik dalam hal
ibadah maupun mu'amalah-mu'amalah
duniawi.
Bukankah hanya Allah sendiri yang Maha
Mengetahui dengan cara apa
dan pedoman bagaimana, manusia akan
mendapatkan maslahat hidupnya?
Bukankah Dzat yang Maha Pencipta, yang lebih
mengetahui tentang apa-apa
yang diciptakan-Nya?
Dua ayat di atas menunjukkan ini semua. Dan
kenyataan ini masih ditunjang
dengan bukti-bukti lain, yang paling utama
di antaranya adalah _rman Allah
Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu
agamamu. Dan telah aku
sempurnakan nikmat-Ku untukmu, dan Aku telah
ridha Islam
sebagai agamamu. (al-Maidah: 3)
Dalam kaitannya dengan ayat ini, Syeik Ali
Hasan Ali Abdul Hamid al-Atsari 2
mengatakan bahwa ayat yang mulia ini
membuktikan betapa syari'at Islam telah
sempurna dan betapa syari'at itu telah cukup
untuk memenuhi segala kebutuhan
makhluk (jin dan manusia-pen) yang tugas
utamanya adalah seperti _rman Allah
:
Aku tidak menciptakan jin dan manusia
kecuali supaya mereka
beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat:
56)
Artinya kebenaran Islam adalah kebenaran
paripurna, kebenaran menyeluruh
dan kebenaran yang betul-betul merupakan
nikmat Allah yang amat luar biasa.
=====================================================================
1 Lihat Tafsir Ibnul Katsir I / Ali Imran:
19.
2 Seorang tokoh ulama dari Yordania dalam
kitabnya Ilmu Ushul al-Bida' terbitan Dar
ar-Rayah - Riyadh, cet: I 14134 H/1922 M
hal. 170.
Betapa tidak, sebab apapun kebutuhan manusia
dalam rangka pengabdian dan
peribadatannya kepada Penciptanya sudah
tertuang dan tercukupi dalam Islam.
Sesungguhnya manusia tidak membutuhkan lagi
petunjuk-petunjuk lain,
kecuali Islam. Itulah mengapa Syeikh Ali
Hasan Abdul Hamid melanjutkan
keterangannya tentang surat Al-Maidah: 3
dengan menukil perkataan Ibnu Katsir
ha_dzullah, dalam tafsirnya sebagai
berikut:
(Ayat) ini merupakan nikmat Allah terbesar
bagi ummat ini. Karena
Allah telah menyempurnakan agama mereka
(dienul Islam -pen)
sehingga mereka tidak lagi membutuhkan agama
lain, kecuali Islam.
Tidak lagi membutuhkan Nabi lain, kecuali
Nabi Muhammmad.
Itulah sebabnya, Allah menjadikan Muhammad
sebagai penutup para
nabi. Allah mengutus beliau menjadi Rasul
kepada manusia dan jin.
Karenanya, tidak ada suatupun yang halal
kecuali yang dihalalkan-
nya; tidak ada suatupun yang haram, kecuali
yang diharamkannya.
Dan tidak ada satu agamapun (yang benar)
kecuali apa yang
disyari'atkannya.
Semua sa ja yang diberitakan oleh Nabi
Muhammad, maka berita-
berita itu adalah haq dan benar. Sedikitpun
tidak mengandung
kedustaan dan penyimpangan.
Seperti dalam _rman Allah:
Telah sempurna kalimat Rabb-mu; kebenaran
dan
keadilannya. (al-An'am: 115)
Artinya, benar dalam segala beritanya dan
adil dalam segala perintah
dan larangannya.
Maka, ketika Allah telah menyempurnakan
agama Islam sebagai
agama buat mereka (umat Muhammad-pen),
berarti telah sempurna
pula nikmat Allah buat mereka. 3
Kesempurnaan Islam adalah kesempurnaan yang
meliputi segala aspek, untuk
tujuan kebahagiaan masa depan yang abadi dan
tanpa batas. Yaitu kebahagiaan
tidak sa ja di dunia, tetapi bahkan di
akhirat.
=====================================================================
3 Lihat Ilmu Ushul al-Bida' hal.
17-18.
Karena itu mengapa orang masih ragu terhadap
kebenaran dan kesempurnaan
Islam. Mengapa orang masih mencari
alternatif dan solusi-solusi lain? Islam
sudah cukup. Tidak perlu penambahan atau
pengurangan untuk melaksanakan
a jaran-a jaran Islam.
Bahkan, menurut penjelasan Syeikh Ali Hasan
Ali Abdul Hamid, bahwa hal
(kesempurnaan Islam) ini telah diakui dan
diyakini oleh seluruh pemeluk agama-
agama lain. Walillahi al-hamdu
Hanya sa ja banyak di antara mereka yang
mengingkari pengakuan mereka
sendiri, seperti disebutkan oleh Allah
(tentang Fir'aun dan kaumnya):
Mereka mengingkari kebenaran ayat-ayat
Allah, padahal diri-diri
mereka meyakini (kebenaran)nya, lantaran
kedhaliman dan
kecongkaan. (an-Naml: 14) 4
Selanjutnya, dalam mengetengahkan pengakuan
orang-prang yahudi akan
keagungan dan kesempurnaan Islam, Syeikh Ali
Hasan juga membawakan sebuah
hadits. 5
Dari Thariq bin Syihab, ia mengatakan bahwa
orang-orang Yahudi
berkata kepada Umar bin Khatab:
"Kahan membaca sebuah ayat dalam Kitab
(al-Qur'an)
kalian. Sungguh apabila ayat itu turun
kepada kami bangsa
Yahudi, tentu hari turunnya ayat itu akan
kami jadikan
sebagai hari raya."
Umar bertanya: "Ayat yang mana ?" Mereka
menjawab:
Hari ini telah Aku sempurnakan untukmu
agamamu dan
telah Aku sempurnakan nikmat-Ku untukmu."
(al-
Maidah: 3)
Umar berkata:
"Demi Allah, sesungguhnya aku betul-betul
mengetahui
hari apa ayat itu turun kepada Rasullulah
dan saat apa
=============================================================
4 Lihat Ilmu Ushul al-Bida' hal.
18.
5 Lihat Ilmu Ushul al-Bida' hal.
18-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar